Trump, 78 tahun, berhasil meraih lebih dari 270 suara Electoral College yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan. Kemenangan Trump di negara bagian Wisconsin memastikannya melewati ambang batas kemenangan tersebut.
Di sisi lain, Partai Republik juga berhasil memenangkan mayoritas di Senat AS, meskipun kendali DPR masih belum resmi. Sampai dengan pagi saat ini, Partai Republik memegang mayoritas kursi di DPR.
Pemerintahan Trump diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionisme ketat dengan pengenaan tarif impor yang bisa membebani negara mitra dagang. Pada saat yang sama, pajak akan ditinggikan yang bisa mengerek inflasi AS dan memperlambat laju pemangkasan suku bunga acuan di negeri itu.
Hari ini, The Fed menggelar Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Meeting Committee/FOMC) di mana pasar masih berekspektasi suku bunga acuan akan dipangkas 25 bps.
Jerome Powell perlu meyakinkan para investor global bahwa The Fed bisa mengelola dampak keterpilihan Trump, disertai kemenangan besar Partai Republik di Kongres dan Senat, terhadap arah kebijakan moneter ke depan.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para Ekonom/ Analis di Wall Street memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed ke depan akan lebih sedikit dibandingkan sebelum Pilpres AS.
JPMorgan Chase & Co masih memprediksi penurunan 25 bps di pertemuan dua hari ini dan pada Desember. Namun, tahun depan, mereka prediksi pemangkasan FFR, Federal Funds Rate akan lebih lambat.
Ekspektasi inflasi yang tinggi di bawah kepemimpinan Trump membuat beberapa pihak berhati-hati akan jumlah pemotongan yang mungkin dilakukan oleh The Fed di tahun-tahun mendatang.
“The Fed kemungkinan besar akan memangkas 25 basis poin pada pertemuan Kamis dan mungkin melakukan pemangkasan lain pada bulan Desember,” kata Yung-Yu Ma dari BMO Wealth Management.
“Namun, ke depannya mungkin hanya ada dua atau tiga pemangkasan tahun depan, tergantung pada kebijakan dan pertumbuhan yang terjadi.”
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, para pelaku pasar di Bursa Berjangka (Futures) memangkas spekulasi mereka atas pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve tahun depan seiring dengan dimulainya penghitungan awal dalam Pemilihan Presiden AS.
“Ada kekhawatiran di antara para investor bahwa Pemerintahan Trump yang kedua dapat membuat inflasi tetap tinggi dan memberlakukan tarif tinggi sehingga mempersulit tugas Federal Reserve untuk mencapai stabilitas harga dan memberi dampak buruk bagi ekonomi di Asia yang terlalu bergantung pada ekspor,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, pelemahan IHSG pada perdagangan Rabu mengingatkan pelemahan IHSG pada tahun 2017 lalu saat Donald Trump memenangkan Pemilu AS untuk pertama kalinya.
Pasar cenderung merespon negatif karena menilai kebijakan Donald Trump akan memicu peningkatan intensitas trade war dengan China. Di sisi lain, pemulihan global trade sangat diperlukan sebagai bagian dari pemulihan pertumbuhan ekonomi global.
“Pasalnya, The Fed juga diyakini akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps dalam FOMC 6–7 November 2024 yang berpotensi menjadi sentimen positif bagi IHSG,” mengutip riset Phintraco.
Dalam risetnya, oleh sebab itu, IHSG berpeluang technical rebound ke kisaran 7.400–7.430 di Kamis.
“Pasar global, nampaknya masih mencerna dampak dari kemenangan Donald Trump tersebut. Sebagai informasi, pada hari Pemilu 2017, pasar global juga cenderung merespon negatif kemenangan Donald Trump.”
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBCA, MNCN, CPIN, EMTK, dan AUTO.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, IHSG kembali melemah dan mulai menembus support 7.450.
“IHSG masih berpotensi melanjutkan penurunan ke area support 7.228 selagi trend masih Bearish,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Kamis (7/11/2024).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, CPIN, dan MNCN.
(fad)