Logo Bloomberg Technoz

Koreksi 3,16% menjadi penurunan harian terdalam sejak Juni.

Dalam sepekan, harga emas melorot 4,54% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga masih naik 0,61%.

Kejatuhan harga emas disebabkan oleh kemenangan Trump dalam Pilpres AS 2024. Sebelumnya, survei MLIV Bloomberg sebelumnya memperkirakan harga emas bakal melesat jika Trump kembali ke Gedung Putih.

Namun mengapa yang terjadi justru sebaliknya? Trump sudah menang, tetapi mengapa harga emas malah amblas?

“Aksi jual terhadap emas lebih karena investor telah mengambil posisi. Hilangnya ketidakpastian terkait politik AS membuat risiko sudah agak mereda,” kata Nicky Shiels, Head of Metal Strategy di MKS PAMP SA, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Ya, sepertinya koreksi ini lebih karena aksi ambil untung di tengah ketidakpastian yang sedikit pudar Maklum, sepanjang tahun ini emas masih menjadi salah satu aset paling bersinar. Sepanjang 2024, harga emas sudah naik sekitar 30%.

“Memang penguatan dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi bisa menjadi sentimen negatif bagi emas. Namun ini akan diimbangi oleh peningkatan permintaan akibat potensi perang dagang,” tegas Jung Rong Yeap, Market Strategist di IG Asia Pte, juga diberitakan Bloomberg News.

Oleh karena itu, pasar masih bullish terhadap emas dalam jangka menengah-panjang. Saat Trump memimpin Negeri Adikuasa selama 4 tahun ke depan, maka kebijakan luar negeri AS diperkirakan bakal agresif.

Dengan slogan Make America Great Again, Trump punya rekam jejak menerapkan bea masuk tinggi terhadap produk-produk impor, utamanya dari China. Pada akhirnya, harga barang dan jasa secara keseluruhan akan naik alas terjadi percepatan laju inflasi.

Emas sudah lama dikenal sebagai instrumen lindung nilai (hedging) terhadap inflasi. Jadi andai Trump menang, maka permintaan emas akan naik sehingga harga mengikuti.

(aji)

No more pages