Hal tersebut disebabkan oleh total biaya produksi yang melambung dari Rp9,74 triliun menjadi Rp10,56 triliun, adapun total beban pokok industri juga meningkat dari Rp9,69 triliun menjadi Rp10,52 triliun.
Imbasnya, Japfa mengalami rugi kotor Rp81,71 miliar, dari sebelumnya laba kotor Rp1 triliun di kuartal I-2022.
Sesuai Prediksi
Kerugian yang dialami JPFA sesuai dengan perkiraan manajemen. Pada 21 April 2023, manajemen JPFA sendiri telah mengiriman surat kepada Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Inarno Djajadi. Salinan dari surat tersebut disampaikan dalam keterbukaan informasi JPFA di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Direksi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk bersama ini menyampaikan, bahwa berdasarkan angka-angka pendahuluan, perseroan akan mencatatkan rugi bersih untuk periode kuartal pertama yang berakhir 31 Maret 2023," tulis surat yang ditandatangani oleh Direktur Japfa Leo Handoko Laksono.
Manajemen Japfa mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan emiten harus menanggung kerugian. Pertama, tingginya biaya bahan baku yang berimbas pada kenaikan biaya produksi.
Kedua, pada saat yang bersamaan, penyesuaian harga jual produk sangat terbatas sebagai akibat menurunnya daya beli konsumen efek inflasi yang meningkat. Ketiga adalah kelebihan pasokan Day-Old Chick (DOC) dan ayam broiler yang berkepanjangan.
Dalam public expose Japfa yang digelar awal April 2023, Direktur Antonius Harwanto telah memberikan sinyal bahwa kinerja Japfa pada kuartal I-2023 tergolong sulit.
"Mengenai gambaran di tahun 2023, bisa kami sampaikan disini bahwa kita harus tetap berhati-hati di tahun 2023 ini karena dari pengalaman perjalanan pada kuartal I ini, memang dirasakan masih sulit," ujar Antonius seperti dikutip dari dokumen keterbukaan informasi hasil public expose 2023.
"Untuk kedepannya kami perlu ekstra hati-hati karena nantinya mungkin saja tidak mudah dan berubah dengan cepat menjadi baik, tetapi kami yakin keadaan yang buruk pada akhirnya akan membaik seperti peribahasa habis gelap terbitlah terang," ujarnya.
(wep/dhf)