Sinyal buruk bagi pasar domestik terlihat di pasar valas forward pagi ini. Rupiah NDF-1M tadi malam ditutup melemah 0,51% dan pagi ini melanjutkan pelemahan ke Rp15.858/US$.
Sedangkan di pasar spot, terlihat aksi profit taking terjadi setelah kemarin dolar AS digdaya menghempaskan mata uang Asia. Yuan offshore menguat tipis 0,04%, won 0,03%, yen juga menguat tipis 0,02% dan dolar Hong Kong 0,01%. Sementara ringgit masih tertekan 0,09% dan dolar Singapura 0,05%.
Lanskap itu memberi gambaran, rupiah masih sulit bangkit hari ini. Meski kemenangan Trump belum resmi, akan tetapi hasil hitung cepat itu sudah menjadi 'kenyataan' baru yang diterima oleh pasar.
Pemerintahan Trump diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionisme ketat dengan pengenaan tarif impor besar-besaran yang bisa merugikan negara mitra dagang. Pada saat yang sama, pajak akan dinaikkan yang bisa mengerek inflasi AS dan memperlambat laju penurunan suku bunga di negeri itu.
Hari ini, The Fed menggelar Federal Open Meeting Committee (FOMC) di mana pasar masih berekspektasi bunga acuan akan dipangkas 25 bps.
Jerome Powell perlu meyakinkan para investor global bahwa The Fed bisa mengelola dampak keterpilihan Trump, disertai kemenangan besar Partai Republik di Kongres dan Senat, terhadap arah kebijakan moneter ke depan.
Sebagai catatan, Trump bahkan pernah menyinggung peran The Fed dan mengklaim bahwa ia memiliki hak suara untuk menentukan suku bunga sendiri.
Para ekonom Wall Street kini memperkirakan pemangkasan bunga acuan oleh The Fed ke depan akan lebih sedikit dibanding sebelum Pilpres AS. JPMorgan Chase & Co masih memprediksi penurunan 25 bps hari ini dan pada Desember. Namun, tahun depan, mereka prediksi penurunan FFR akan lebih lambat.
Kewaspadaan BI
Bank Indonesia akan merespon hati-hati merespon hasil Pilpres AS. Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung DPR-RI pada Rabu siang kemarin menyatakan, kebijakan moneter akan fokus pada mempertahankan stabilitas nilai tukar dalam jangka pendek.
Hal itu melontarkan sinyal bahwa kemungkinan BI rate masih akan ditahan dalam Rapat Dewan Gubernur pekan depan.
"Kami masih melihat perkembangan Pilpres AS di mana hasil sementara sejauh ini menunjukkan bahwa Donald Trump memimpin perolehan suara. Kami melihat dolar AS akan tetap kuat, yield US Treasury dan bunga acuan akan tetap tinggi dan perang dagang akan berlanjut," kata Perry.
Ketegangan geopolitik juga masih tinggi memicu ketidakpastian yang masih besar di pasar keuangan. "Dinamika itu akan berpengaruh pada semua negara khususnya pasar negara berkembang dan Indonesia dalam hal tekanan pada nilai tukar, arus modal asing dan ketidakpastian pasar keuangan. Ini adalah hal-hal yang perlu kami respon secara hati-hati," jelas Perry.
BI kemarin berjaga di pasar menahan kejatuhan rupiah agar tidak sampai menjebol level psikologis Rp15.900/US$. Rupiah spot kemarin sempat level terlemah di Rp15.860/US$ lalu jelang akhir perdagangan naik lagi dengan cepat sehingga memangkas kerugian hari itu dan ditutup di Rp15.830/US$, melemah moderat 0,6%.
Pelemahan yang lebih kecil dibandingkan mata uang Asia lain di mana yen Jepang yang ambles hingga 2%, baht 1,65% ataupun ringgit yang tertekan sampai 1,31%.
Sedangkan yield SBN kemarin juga melesat naik tertekan aksi jual investor. INDOGB-5Y naik hingga 9,4 bps ke 6,73%, sedangkan tenor 10Y naik tipis 1,5 bps ke 6,74% dan tenor 1Y naik 4,8 bps jadi 6,40%.
Di pasar saham, meski sentimen di bursa Asia cenderung positif menyambut hasil Pilpres AS, IHSG tidak kebagian berkah. Indeks anjlok hingga 1,44% dengan investor asing melepas posisi hingga Rp1,1 triliun.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan setelah kemarin terkontraksi dengan cepat break support kuat.
Rupiah berpotensi terkoreksi menuju area Rp15.850 sampai dengan support Rp15.880/US$.
Apabila pelemahan kembali berlanjut dengan tekanan dan volume yang tinggi, ada trendline garis kuning usai break MA-200 pada level Rp15.900/US$ akan jadi support paling krusial, bersama dengan Rp15.910/US$.
Adapun trendline channel sebelumnya break dan tertembus, saat ini menjadi level resistance terdekat pada level Rp15.800/US$. Sementara resistance selanjutnya ada di Rp15.770-Rp15.750/US$.
(rui)