Dengan demikian, Mirza menyatakan pihaknya di OJK terus mendorong edukasi terkait tata kelola, serta manajemen risiko yang baik pada Industri Jasa Keuangan (IJK). Menurut dia, IJK harus meningkatkan kedua aspek itu, karena terdapat dana masyarakat yang bersarang di perusahaan mereka.
Secara lebih luas, pihaknya juga terus mendorong edukasi instrumen jasa keuangan dengan mengingatkan pada masyarakat bahwa berinvestasi tetap bisa untung dan rugi, sehingga masyarakat harus paham betul akan resiko dari suatu instrumen keuangan yang diinvestasikan.
“Kami terus bersama-sama dengan komponen KSSK; BI, Kemenkeu, LPS untuk terus mendorong literasi masyarakat generasi muda,” tuturnya.
Investor Ritel jadi Perhatian Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan Melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK)
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyatakan pihaknya juga berkomitmen melancarkan investasi yang dilakukan oleh investor ritel, utamanya golongan muda.
Menurut dia, saat ini para investor ritel dapat berinvestasi di instrumen keuangan bahkan hanya sebesar Rp50 ribu. Dalam kaitan itu, pihaknya berperan melancarkan transaksi yang dilakukan melalui sistem QRIS.
“Mau reksadana, obligasi, ORI, pasar sekunder. Jadi dengan Rp50 ribu sudah bisa beli, dan kami mempermudah bisa pakai QRIS,” jelas Destry dalam Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Menurut dia, investor ritel utamanya kaum muda dapat berperan dalam pembangunan dengan cara berinvestasi pada obligasi pemerintah seperti sukuk ritel, Obligasi Negara Ritel (ORI), dan berbagai instrumen lainnya.
“Bisa Rp50 ribu, Rp100 ribu, kalau lebih banyak bisa masuk pasar primer beli Rp1 juta ORI. Pak Wamen [Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara] akan issue [terbitkan] lagi nih karena kuponnya menarik,” ucap Destry.
(ain)