Melemahnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari anjloknya sejumlah saham Big Caps.
Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Rabu (6/11/2024).
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 30,81 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 10,44 poin
- Bank Negara Indonesia (BBNI) menekan 8,75 poin
- Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) menekan 3,15 poin
- Astra International (ASII) menekan 5,44 poin
- Chandra Asri Pacific (TPIA) menekan 2,74 poin
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 1,64 poin
- DCI Indonesia (DCII) menekan 1,64 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menekan 1,64 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 6,51 poin
Adapun saham-saham bank besar lainnya juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) drop 6,58% dan saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) juga terjebak di zona merah dengan ambles 3,91%.
Disusul oleh pelemahan saham teknologi, saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) yang terjun bebas 10,1%, saham PT RUN System Tbk (RUNS) anjlok 3,66%, dan saham PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) yang melemah 2,98%.
'Trump Trade' Seret IHSG
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global menjelang hasil Pemilu dan Pilpres Amerika Serikat yang sampai dengan saat ini masih berlangsung perhitungan suara.
Perkembangan terbaru, Donald Trump memimpin perolehan 267 suara elektoral atau electoral votes, jauh di atas Harris dengan 226 suara elektoral. Butuh suara elektoral 270 untuk memenangkan Pemilu, sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47.
Saat ini, Trump bahkan sudah mengantongi kemenangan di tiga negara bagian swing states, yakni North Carolina, Georgia, dan Pennsylvania.
Trump juga menang di negara bagian Texas, Florida, Kentucky, Indiana, Ohio, Mississippi, West Virginia, Alabama, Missouri, Dakota, Oklahoma, Arkansas, Louisiana, Wyoming, Tennessee, South Carolina, Kansas, Arkansas, Idaho, Iowa, Montana, dan Utah.
Sementara Harris unggul di New York, New Jersey, Washington DC, Massachusetts, Vermont, New Hampshire, Illinois, Rhode Island, Connecticut, Maryland, Colorado, New Mexico, Hawaii, California, Oregon, Washington, Virginia, dan Delaware, seperti dipantau dari laman Bloomberg pukul 14.40 WIB.
Untuk bisa melenggang ke Gedung Putih, Capres harus mampu memperoleh minimal 270 dari 538 suara elektoral.
Pasar Keuangan RI Bersikap Hati-hati
Merahnya IHSG sebagian dipengaruhi ekspektasi kemenangan Donald Trump, yang memiliki kebijakan perdagangan keras terhadap Asia, termasuk China dan rencana tarif tinggi.
“Jika Trump menang, menurut saya dia akan memberi tekanan pada pasar Asia, terutama China,” kata Nick Twidale, Kepala Analis di AT Global Markets Australia.
“Pemain besar mungkin mengurangi eksposur mereka di pasar Asia,” tambahnya.
Unggulnya Trump sejauh ini semakin memanaskan 'Trump Trade' di mana dolar AS menjadi aset paling mentereng saat ini dengan kenaikan nilai terbesar sejak pandemi Covid-19.
Lonjakan nilai dolar AS di seluruh dunia didorong oleh perkiraan bahwa kebijakan Trump bila jadi orang nomor satu di negeri adidaya itu, akan memantik inflasi dan memperlambat laju penurunan suku bunga acuan Federal Reserve ke depan.
Sesuatu yang akan merugikan aset-aset di emerging market, termasuk Indonesia.
“Kebijakan tarif dan pajak Trump akan memicu inflasi lebih tinggi dan defisit yang juga lebih tinggi dan itu berarti suku bunga jangka panjang akan lebih tinggi juga,” kata Priya Misra, Portfolio Manager di JPMorgan Investment Management, mengutip dari Bloomberg.
Begitu juga dengan respons Bank Indonesia yang akan bergerak hati-hati seiring peningkatan tekanan pasar yang telah menyeret nilai rupiah, mencermati hasil Pilpres AS yang sejauh ini unggul Donald Trump, kandidat dari Partai Republik.
Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung DPR-RI siang ini menyatakan, melansir Bloomberg News, kebijakan moneter akan fokus pada mempertahankan stabilitas nilai tukar dalam jangka pendek. Hal itu melontarkan sinyal bahwa kemungkinan BI rate masih akan ditahan dalam Rapat Dewan Gubernur pekan depan.
BI masih mencermati hasil Pilpres AS, di mana sejauh ini Trump memimpin perolehan suara hingga memantik lonjakan nilai dolar AS dan kenaikan tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS.
“Kami masih melihat perkembangan Pilpres AS di mana hasil sementara sejauh ini menunjukkan bahwa Donald Trump memimpin perolehan suara. Kami melihat dolar AS akan tetap kuat, yield US Treasury dan bunga acuan akan tetap tinggi dan perang dagang akan berlanjut,” terang Perry.
(fad)