"Dengan kebijakan yang tampaknya netral, mendukung pertumbuhan tanpa menambah tekanan inflasi, BNM tampaknya akan membiarkan suku bunga stabil hingga 2025. Namun, ini dapat berubah, terutama jika mantan Presiden AS Donald Trump terpilih kembali, yang dapat meningkatkan risiko inflasi sekaligus mengancam pertumbuhan," ujar Tamara Mast Henderson, ekonom dari Bloomberg Economics.
Bank sentral juga memantau perubahan pada nilai tukar ringgit, yang tetap terpengaruh oleh faktor eksternal. Ringgit melemah setelah penguatan dolar, didorong oleh keunggulan Trump dalam pemilu AS, yang memicu ekspektasi kebijakan pro-pertumbuhan. Meski begitu, indeks saham utama Malaysia tetap stabil.
"Hasil pemilu AS bisa meningkatkan volatilitas dalam waktu dekat," ungkap BNM.
BNM tetap optimis bahwa prospek ekonomi yang kuat dan reformasi struktural domestik akan mendukung nilai ringgit, meskipun volatilitas tetap menjadi tantangan. Bank sentral juga mendorong perusahaan untuk memulangkan pendapatan dari luar negeri.
Ringgit mencatat penurunan bulanan terbesar dalam delapan tahun terakhir pada Oktober, meski tetap menjadi salah satu yang paling stabil di antara mata uang pasar berkembang.
"Pelemahan ringgit kemungkinan akan menahan BNM dari mengadopsi kebijakan dovish dalam waktu dekat," kata Elias Haddad, ahli strategi pasar senior di Brown Brothers Harriman, London. "Pasar swap mengantisipasi suku bunga yang stabil selama 12 bulan ke depan."
BNM memperkirakan inflasi tetap terkendali tahun depan, dengan meredanya tekanan biaya global dan minimnya lonjakan permintaan domestik. Inflasi utama dan inti rata-rata 1,8% sepanjang tahun ini.
"Risiko kenaikan inflasi bergantung pada dampak kebijakan domestik, harga komoditas global, dan perkembangan pasar keuangan," ujar BNM.
Pemerintah Malaysia telah menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 4,8% hingga 5,3%, dan memperkirakan ekspansi berkisar 4,5% hingga 5,5% pada tahun 2025. BNM menyatakan bahwa langkah-langkah dari anggaran 2025 akan memberikan dukungan tambahan untuk pertumbuhan.
"Prospek BNM tetap positif," kata Lavanya Venkateswaran, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp. Dia menambahkan bahwa kenaikan suku bunga mungkin terjadi pada paruh kedua tahun depan jika tekanan inflasi meningkat.
(bbn)