Meski demikian, masih ada alasan saham ERAA untuk bullish. Pasalnya, menurut Alif, tertundanya penjualan iPhone 7 kala itu hanya terjadi di kuartal IV.
Pada kuartal I-2017, iPhone 7 bisa dijual dan berpengaruh pada penjualan masing-masing gerai milik Erajaya (ERAA). Sehingga, hal serupa diprediksi kembali terjadi mulai kuartal I-2025.
Andhika dan Alif masih memandang positif saham ERAA, dengan tetap meromendasikan buy dengan target harga yang sama di Rp520/saham.
Rekomendasi tersebit dilakukan seiring dengan kinerja perseroan hingga akhir September 2024 yang masih terus positif, dengan raihan laba bersih yang meningkat 59,9% YoY menjadi Rp791 miliar.
Selain itu, ERAA juga mencatatkan penjualan konsolidasian sebesar Rp48,6 triliun atau tumbuh 13,5% YoY, yang juga sesuai dengan estimasi Panin Sekuritas dan konsensus yang sebesar 73,3%.
Mayoritas analis dalam konsensus Bloomberg juga masih memandang bullish dengan saham ERAA, yang tercermin dari 14 analis memeberikan rekomendasi buy saham ERAA dan satu analis merekomendasikan hold.
Sementara itu, tidak ada analis yang merekomendasikan sell.
Target harga secara konsensus ada di level Rp521/saham untuk 12 bulan ke depan.
Namun, ALif memberikan catatan yang bisa menjadi risiko untuk saham ERAA.
"Meski ada kemungkinan ERAA mendapat durian runtuh pada semester I-2025 dari penjualan iPhone, kami mengambil sikap konservatif terhadap daya beli yang masih rendah serta tantangan optimalisasi produktivitas toko dan penyesuaian opex."
(ibn/dhf)