Logo Bloomberg Technoz

“Poinnya adalah keselamatan merupakan prioritas utama dalam seluruh operasional perusahaan tambang, termasuk PTFI. Hal ini merupakan komitmen yang tidak dapat kami kompromikan,” tegasnya.

“Saya akan sampaikan [hasil investigasinya] jika sudah ada update.”

Bloomberg Technoz sudah berupaya menghubungi Freeport Indonesia untuk meminta tanggapan atas laporan tersebut, tetapi belum mendapatkan jawaban hingga berita ini diturunkan.

Diungkap Whistleblower

Sebagai konteks, Komisi Sekuritas dan Bursa AS atau US Securities and Exchange Commission (SEC) diketahui sedang menyelidiki apakah Freeport-McMoRan Inc (FCX) telah gagal melaporkan adanya ancaman yang dapat ditimbulkan gempa bumi dahsyat terhadap kompleks smelter barunya yang bernilai US$3,7 miliar atau hampir Rp60 triliun di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik.

Menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, pejabat SEC mulai meninjau apakah Freeport-McMoRan—sebagai badan usaha yang tercatat di bursa AS — seharusnya membuat pengungkapan tertentu kepada investor.

Hal itu menyusul laporan whistleblower dari seorang insinyur senior yang pernah bekerja sebagai kontraktor untuk Freeport. Dia mengajukan pengaduan pelanggaran kepada SEC, dan meminta untuk tidak disebutkan namanya saat membahas masalah rahasia tersebut.

Mantan kontraktor yang tidak disebutkan namanya tersebut menduga kompleks smelter katoda tembaga PTFI di Manyar berisiko runtuh ke laut jika terjadi gempa besar, menurut salinan dokumen yang ditinjau oleh Bloomberg.

Peresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Pengabaian Freeport

Menurut klaim sumber tersebut, Freeport diduga mengabaikan saran para ahli dan mengandalkan desain teknik yang tidak memenuhi standar Indonesia untuk bangunan tahan gempa, menurut pengaduan tersebut, yang diajukan pada 2022.

Dokumen tersebut menuduh bahwa risiko runtuhnya smelter tersebut dapat mengancam nyawa manusia dan lingkungan, menyebabkan kekacauan di pasar logam, dan merugikan bisnis Freeport serta harga sahamnya.

Sejauh ini, SEC belum mengeluarkan tuduhan resmi bahwa Freeport melakukan kesalahan. Penyelidikan pun dapat berakhir jika tidak ada kasus yang diajukan dan dapat memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk diselesaikan.

Namun, perusahaan atau orang yang menurut SEC melanggar aturan sekuritas AS dapat menghadapi denda atau hukuman perdata lainnya. Terlebih, SEC mengharuskan perusahaan publik di AS untuk mengungkapkan risiko yang dianggap material oleh kebanyakan orang terhadap keputusan investasi.

Juru bicara SEC menolak berkomentar ketika dimintai tanggapan oleh Bloomberg.

Bantahan McMoRan

Di sisi lain, Freeport-McMoRan membantah klaim pengaduan whistleblower tersebut. Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan proyek smelter Manyar sudah menjalani "beberapa tinjauan ahli materi pokok" yang mengonfirmasi bahwa desain teknik dan konstruksi "sepenuhnya mematuhi semua kode bangunan Indonesia yang berlaku."

"Keselamatan tetap menjadi prioritas utama Freeport," kata Linda Hayes, juru bicara Freeport-McMoRan. "Ini adalah masalah yang tidak dapat kami kompromikan."

Hayes mengatakan bahwa perusahaan mengungkapkan semua informasi material tentang bisnisnya, termasuk tentang pertanyaan SEC, dalam pengajuan publiknya.

Peresmikan produksi Smelter PT. Freeport Indonesia di Gresik, Senin (23/9/2024). (Tangkapan Layar Youtube Setpres)

Untuk diketahui, Freeport-McMoRan yang berbasis di Arizona memperoleh sebagian besar pendapatannya dari Indonesia.

Perusahaan membangun pabrik peleburan di pusat industri di pesisir Jawa Timur untuk menjaga akses ke salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia  di Grasberg, Papua. Kompleks ini menempati lahan seluas 272 hektare di wilayah yang ditetapkan Indonesia sebagai kawasan ekonomi khusus pada 2021.

Para ahli teknik sebelumnya merekomendasikan agar tanah di kawasan itu diperkuat lebih dari yang direncanakan semula untuk mendukung kompleks smelter tersebut, yang terletak di lahan reklamasi pesisir di "zona bahaya tinggi," menurut pengaduan tersebut.

Pemerintah Indonesia memegang saham mayoritas di PTFI yang mengoperasikan kompleks Manyar. Sebelumnya, pemerintah pernah mendenda Freeport puluhan juta dolar atas keterlambatan konstruksi dan mengaitkan kemajuan penyelesaian proyek smelter itu dengan pengurangan bea ekspor konsentrat tembaga.

Adapun, pemegang saham di Freeport-McMoRan mencakup beberapa pengelola uang terbesar, dana lindung nilai, dan rencana pensiun publik AS. Mereka telah membantu mendorong saham perusahaan ini naik lebih dari empat kali lipat dalam lima tahun terakhir, di tengah taruhan bahwa permintaan tembaga akan terus meningkat sebagai bagian dari transisi ke energi yang lebih bersih dan kendaraan listrik.

Aktivitas di tambang Grasberg PT Freeport Indonesia./Dadang Tri/Bloomberg

Freeport mempekerjakan insinyur whistleblower yang melakukan pelaporan ke SEC tersebut pada 2019 untuk mengevaluasi desain proyek perusahaan di seluruh dunia.

Selama kunjungan ke lokasi smelter Manyar pada Agustus tahun itu, menurut pengaduan tersebut, orang tersebut menemukan para pekerja memperkuat tanah berdasarkan rancangan oleh firma teknik yang berbasis di Ontario, Golder Associates.

Orang tersebut memberi tahu SEC bahwa rancangan yang digunakan cacat. Menurut pengaduan tersebut, orang tersebut meminta Youssef Hashash—seorang ahli teknik gempa bumi di University of Illinois Urbana-Champaign — untuk meninjau rancangan tersebut karena dia telah mengembangkan perangkat lunak yang digunakan Golder untuk analisis seismiknya.

Hashash menemukan Golder telah menyalahgunakan programnya, menurut pengaduan tersebut. Dia menulis dalam ringkasan temuannya bahwa "tidak bijaksana untuk merancang dan membangun fasilitas di tanah yang diketahui dapat mencair," yang dapat mengancam bangunan, menurut kutipan yang disertakan dalam pengaduan tersebut. Hashash menolak berkomentar untuk artikel ini.

Lebih lanjut, dua insinyur senior pada proyek tersebut mendorong pendapat terpisah dari Robb Moss, seorang profesor teknik California Polytechnic State University dan mantan karyawan Golder, menurut pengaduan tersebut. Moss menyampaikan laporan yang "tidak meyakinkan", menurut pengaduan tersebut.

Moss menolak berkomentar. WSP, yang mengakuisisi Golder pada 2021, mengatakan bahwa pihaknya tidak "dalam posisi untuk mengomentari informasi klien."

Analisis lain oleh firma teknik Indonesia pada Mei 2020 yang dipesan oleh Freeport menyuarakan pandangan kontraktor dan Hashash, menurut pengaduan tersebut.

Kontraktor tersebut kemudian menerima laporan internal yang menunjukkan bahwa Golder telah meninjau analisis aslinya dan menyimpulkan bahwa analisis tersebut "sah" dan "dapat diandalkan untuk desain proyek," menurut pengaduan tersebut.

-- Dengan asistensi Dovana Hasiana

(wdh)

No more pages