Terlebih, selama ini Indonesia juga sudah menyiapkan beberapa infrastruktur dalam negeri untuk menggunakan nikel sebagai bahan baku, baik untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) maupun yang lain.
"Ini sebenarnya perluang buat kita karena keinginan Presiden [Prabowo Subianto] industri dalam negeri tumbuh. Kalau memang perlambatan ini di sektor ekspor maka kita bisa menggunakan untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan Indonesia bakal memiliki 190 pabrik pemurnian atau smelter nikel, meskipun belum menjelaskan kapan semua fasilitas tersebut bakal beroperasi.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Julian Ambassadur Shiddiq mengatakan 190 smelter nikel itu terdiri dari 54 smelter yang sudah beroperasi, 120 smelter yang sedang tahap konstruksi, dan 16 dalam tahap perencanaan.
Dari 190 smelter tersebut, Julian mengatakan hanya 8 atau 9 smelter yang memiliki teknologi berbasis high pressure acid leach (HPAL) untuk menghasilkan bahan baku baterai EV dan sisanya berbasis rotary kiln-electric furnace (RKEF) untuk memproduksi bahan baku baja nirkarat.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Ibu Pertiwi pada kuartal III-2024 tumbuh 4,95% dari periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy). Pencapaian ini melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,05%.
Adapun, industri pengolahan atau manufaktur masih mengalami pertumbuhan 4,72% secara yoy pada kuartal III-2024. Memang, pada kuartal tersebut, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 0,96%.
Namun, angka ini merosot cukup dalam jika dibandingkan dengan kontribusi sebesar 1,06% pada kuartal II-2024 atau secara quarter to quarter (qtq).
(dov/wdh)