Logo Bloomberg Technoz

Ekonomi RI Lesu Tapi Rupiah Rapuh, Beranikah BI Pangkas Bunga?

Ruisa Khoiriyah
06 November 2024 13:10

Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kerentanan rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, yang terbaru yakni merespon hasil penghitungan sementara Pemilihan Presiden Amerika Serikat, akan semakin membatasi ruang penurunan bunga acuan, BI Rate.

Bank Indonesia kemungkinan akan menunda penurunan bunga acuan dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur pekan depan.

Lonjakan yield atau imbal hasil surat utang AS, US Treasury Bond, yang tertekan aksi jual besar kala penghitungan suara Pilpres AS menunjukkan keunggulan sementara Donald Trump, telah mempersempit selisih imbal hasil investasi AS dengan Indonesia. Saat ini yield spread makin menyempit tinggal 229 bps. Selisih imbal hasil yang makin kecil membuat pamor Surat Berharga Negara (SBN) akan makin pudar dan ditinggalkan, termasuk oleh investor asing.

Hasil pertemuan Komite Federal Reserve, bank sentral AS, biasa disebut FOMC yang digelar esok hari, juga akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi kebijakan BI. Meski sejauh ini pasar masih yakin The Fed akan menggunting lagi fed fund rate sebesar 25 bps, tetapi BI belum tentu akan mengekor menilik rupiah yang rapuh.

Rupiah telah kehilangan nilai hingga 3,7% selama Oktober, penurunan bulanan terbesar sejak pandemi 2020 lalu. Sejak RDG bulan Oktober, rupiah telah melemah 2,2% sampai saat ini (year-to-date).