Meski demikian, dirinya tidak membantah industri tekstil sejak 2019 lalu mengalami permasalahan utamanya akibat permintaan global yang menurun. Sehingga menyebabkan pembiayaan yang masuk menjadi terhambat.
“Jadi kan di satu sektor itu, kan memang ada yang sangat kompetitif, ada yang karena masalah tadi tiba-tiba kena demand global dan sebagainya. Sektor yang lain juga begitu,” ucap Susi.
Kemenko Perekonomian Klaim Ekspor Sritex di 2024 Justru Meningkat
Dalam kaitan itu, Susi menyatakan PT Sri Rejeki Isman (SRIL) atau Sritex – salah satu industri tekstil besar di Indonesia yang dinyatakan pailit – justru mengalami peningkatan ekspor pada tahun 2024.
“Yang ekspor itu sebenarnya harusnya tahun ini mulai agak recover ya. Kayak, Sritex sendiri kan ekspornya 2024 lebih tinggi dari 2023,” ujar Susi.
Meskipun ekspornya mengalami peningkatan, namun dengan adanya putusan pailit oleh pengadilan menyebabkan aktivitas bisnisnya menjadi terhambat. Oleh sebab itu, lanjut Susi, pemerintah hadir untuk memberikan fasilitas ekspor meskipun Sritex dijatuhkan putusan pailit.
“Cuma kan problem hukumnya dia tiba-tiba kan kalah di pailit, berarti kan harus beku gitu lah. Pembekuan ini yang diminta supaya jangan dibekukan dong, sayang kalau dia kapasitas produksinya juga masih cukup,” tutup Susi.
Adapun, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan industri TPT mengalami pembaikan di kuartal III-2024 apabila dibandingkan dengan kuartal II-2024 yang terkontraksi 0,03% (yoy).
Amalia menyebut bahwa pertumbuhan industri TPT berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga berlaku di kuartal III-2024 sebesar 0,99%.
“Kita dapatkan pengalaman kontraksi pada kuartal II-2024, -0,03%. Tetapi, kuartal III-2024, sejarah year on year, industri tekstil ini, tekstil dan pakaian kain ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,43%,” ujar Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (5/11/2024).
(azr/roy)