"Menurut prediksi pasar global, seperti Fitch, produksi nikel global idealnya berada di angka 17% pada 2024 ini," ujarnya.
Di lain sisi, produsen nikel ke-2 terbesar di dunia, yaitu China, pertumbuhannya hanya 2,3% pada kuartal I-2024 yaitu sebesar 220.000 ton dibandingkan pada periode yang sama pada 2023 yaitu sebesar 215.000 ton.
Yayan mengatakan, hal ini juga dikonfirmasi oleh United States Geological Survey (USGS) yang melaporkan Indonesia terlalu banyak memproduksi nikel yang menyebabkan kelebihan pasokan global.
Nikel ditutup di US$16.123/ton pada perdagangan Selasa (5/11/2024) di London Metal Exchange (LME), menguat 0,72% dari hari sebelumnya. Bagaimanapun, angka itu masih jauh di bawah rekor harga di atas US$20.000/ton dua tahun terakhir.
Nikel terpelanting sepanjang 2023, dengan harga rata-rata tahun lalu turun 15,3% menjadi US$21.688/ton dari US$25.618/ton pada 2022. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tumbuh 4,95% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoyo). Pencapaian ini melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,05% yoy.
Selain itu, BPS mengatakan hanya kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), komoditas ekspor utama yang dihasilkan Indonesia, mengalami kenaikkan harga di pasar global secara tahunan pada kuartal III-2024. Sementara itu, lima komoditas lainnya, salah satunya nikel, dalam periode yang sama mengalami penurunan.
Dalam paparannya, BPS melaporkan penurunan harga nikel 11,85% secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq) dan 20,39% yoy pada triwulan III-2024.
“Harga komoditas yang jadi unggulan Indonesia menunjukan tren yang beragam. Beberpa komoditas mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan III-2024, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan gas alam,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, saat konferensi pers, Selasa (5/11/2024).
(dov/wdh)