Ekonomi RI Q3: Hilirisasi Nikel Terbukti Gagal Jadi Panasea
Dovana Hasiana
06 November 2024 10:50
Bloomberg Technoz, Jakarta – Kebijakan penghiliran atau hilirisasi komoditas pertambangan mineral, khususnya nikel, dinilai belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 yang terbukti mengalami perlambatan.
Ekonom Energi dari Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti melandasi argumentasi tersebut melalui dua alasan. Pertama, nilai tambah hilirisasi nikel yang kecil.
"Menggunakan data tabel input-output Badan Pusat Statistik [BPS], pada 2016 [nilai tambah] nikel hanya 1,09 kali, artinya kemampuan industri nikel meningkatkan [nilai tambah] dari industri antara [midstream] ke hilir [downstream] hanya 9%, sangat kecil," ujar Yayan kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (6/11/2024).
Kedua, harga nikel mengalami tren penurunan yang disebabkan oleh kelebihan pasokan atau oversupply dari Indonesia.
Yayan mengatakan telah terjadi kelebihan pasok nikel sebanyak 253.000 ton di pasar global, saat Indonesia menghasilkan lebih dari 50% stok dunia. Apalagi, produksi nikel RI naik menjadi 383.000 ton kuartal III-2024 dari 307.000 ton periode yang sama tahun lalu.