Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas bertahan di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,78. RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 13,15. Sudah di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Harga emas masih bertahan di atas pivot point US$ 2.739/troy ons. Dengan begitu, ruang kenaikan menuju Moving Average (MA) 10 di US$ 2.749/troy ons masih terbuka.
Namun jika pivot point itu tertembus, maka target support terdekat adalah US$ 2.734/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membuat harga turun lagi ke arah US$ 2.729/troy ons.
Pilpres AS
Hari ini, sentimen yang menggerakkan harga emas adalah Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat (AS). Suara mulai masuk dan dihitung setelah Pilpres dihelat pada 5 November kemarin waktu setempat.
Sudah lebih dari ⅔ negara bagian di AS menyelesaikan pemungutan suara. Donald Trump memimpin sementara dalam perhitungan di Georgia dan North Carolina.
Dari pertarungan memperoleh 270 electoral votes, Trump kini meraih 178. Sementara Kamala Harris meraup 99.
Sejauh ini, dinamika Pilpres AS sejalan dengan ekspektasi pasar yang mengunggulkan Trump. Jika Trump memimpin Negeri Adikuasa selama 4 tahun ke depan, maka kebijakan luar negeri AS diperkirakan bakal agresif.
Dengan slogan Make America Great Again, Trump punya rekam jejak menerapkan bea masuk tinggi terhadap produk-produk impor, utamanya dari China. Pada akhirnya, harga barang dan jasa secara keseluruhan akan naik alas terjadi percepatan laju inflasi.
Emas sudah lama dikenal sebagai instrumen lindung nilai (hedging) terhadap inflasi. Jadi andai Trump menang, maka permintaan emas akan naik sehingga harga mengikuti.
(aji)