Logo Bloomberg Technoz

Sebaliknya, jika Donald Trump dari Partai Repulik terpilih kembali, Bhima memperkirakan AS akan fokus pada kebijakan proteksionis yang dapat menghambat ekspor Indonesia. 

Hal ini dikarenakan Trump cenderung menaikkan tarif untuk melindungi industri dalam negeri, yang akan berpengaruh pada ekspor komoditas utama Indonesia seperti nikel, sawit, dan produk-produk pertekstilan. 

“Nah, itu implikasinya cukup serius ya, karena Trump sudah mendorong hilirisasi, terutama hilirisasi mineral kritis. Selanjutnya ketegangan geopolitik ya, tensinya juga akan menjadi salah satu perhatian, hubungan Amerika dengan Timur Tengah, misalnya Amerika dengan Korea Utara, Amerika dengan China juga, itu punya pengaruh terhadap investasi,” jelasnya.

“Kita belajar dahulu waktu eranya Donald Trump, ternyata ketika perang dagangnya meningkat, eskalasi geopolitiknya juga meningkat. Indonesia tidak kebagian relokasi industri, yang kebagian justru Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Jadi kalau itu berulang lagi, Donald Trump menang, khawatir investasi dari Amerika ke Indonesia juga akan tersedat. Ini yang menjadi salah satu concern,” ungkapnya.

Dengan demikian, dia mengestimasikan kemenangan Harris akan lebih menguntungkan Indonesia, terutama dalam hal kerja sama energi bersih dan perdagangan multilateral yang stabil.

“Kamala punya komitmen lingkungan transisi energi, punya komitmen juga untuk mendorong kerja  sama multilateral, kerja di kawasan juga. Itu sih menurut saya sih poin positif buat Indonesia.”

Kamala Harris dan Donald Trump. (Bloomberg)

Untuk diketahui, Pilpres AS 2024, yang digelar pada Selasa (5/11/2024) waktu setempat, akan mempertarungkan komitmen calon presiden Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat dalam era kebijakan perdagang baru.

Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Perdagangan Budi Santoso menegaskan kesiapan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menanggapi berbagai kebijakan ekonomi baru yang mungkin akan muncul dari hasil Pilpres AS 2024 ini.

Menurutnya, siapa pun yang terpilih sebagai Presiden Ke-47 AS nantinya, Pemerintah Indonesia sudah siap menghadapi perubahan dalam kebijakan perdagangan atau ekonomi global.

Terlebih, selama 5 tahun terakhir, perdagangan antara kedua negara terus mengalami perkembangan, di mana AS menjadi salah satu mitra dagang utama bagi Indonesia; khususnya untuk komoditas seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), tekstil, produk elektronik, serta mesin dan peralatannya.

"Pokoknya kita siap, kita siap ekspor ke mana aja, apapun kondisinya. Kondisi ekonomi, kondisi politik kita, siap beradaptasi," kata Budi kepada awak media di Tangerang, Banten, Selasa (5/11/2024).

Sekadar catatan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, struktur ekspor Indonesia ke AS tetap didominasi oleh sektor barang manufaktur, yang menyumbang 98,7% dari total ekspor. Namun, sektor ini mengalami penurunan 25,03% secara tahunan atau year on year (yoy) pada awal 2023.

Di samping itu, sektor komoditas pertanian yang berkontribusi 1,3% dari total ekspor RI ke AS juga mencatatkan penurunan 33,97% yoy, sementara sektor pertambangan hanya mencapai US$296,69 ribu, turun signifikan sebesar 92,40%.

Di sisi impor, bahan baku/barang penolong tetap mendominasi dengan porsi 77,4% dari total impor barang yang diimpor RI dari AS, meskipun mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya. Impor barang modal juga mengalami kenaikan signifikan dengan proporsi mencapai 19,2%.

(prc/wdh)

No more pages