"Bagaimana pun nanti kebijakan ke depannya, saya yakin pemerintah kita juga akan melakukan antisipasi. Kalau pemerintah kita melakukan antisipasi, selebihnya kembali ke fundamental ekonomi kita," ujar dia.
Ada pun, Pilpres AS kali ini juga akan menjadi kontestasi paling ketat karena hingga detik-detik akhir, dua kandidat yakni Donald Trump dan Kamala Harris masih bersaing sangat ketat.
Kemungkinan hasil yang diperdebatkan dapat memperpanjang penghitungan suara selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Bagi banyak pihak, ini berarti potensi peningkatan volatilitas.
Yang juga membuat pasar cenderung volatile, karena pekan ini bukan sekadar perhatian terpusat pada hasil Pilpres AS akan tetapi juga menanti hasil pertemuan Federal Reserve, bank sentral AS, yang akan memutuskan kebijakan suku bunga acuan pada Kamis nanti.
"Biasanya, pengumuman suku bunga The Fed akan mendominasi diskusi pekan ini, tetapi ini bukan pekan biasa," kata Chris Larkin dari E-Trade, Morgan Stanley, dilansir melalui Bloomberg News.
"Pedagang dan investor yang menunggu hasil pemilu harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan hasil yang tertunda, serta dampak ketidakpastian itu pada pasar," imbuhnya.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG tercatat hanya mampu tumbuh tipis 0,17% atau 12,43 poin ke leve 7.491, setelah sebanyak 252 saham menghijau, 327 saham memerah, dan 211 saham stagnan.
Sementara itu, sebanyak 20,35 miliar saham ditransaksikan dengan total transaksi mencapai Rp11,48 triliun. Frekuensi perdagangan terjadi sebanyak 1.299.630 kali.
(ibn/frg)