Upaya Maybank Indonesia Dorong Pertumbuhan Transactions Banking
Jakarta - Di tengah kondisi perdagangan global dan domestik yang menantang, PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) memandang pentingnya mendorong layanan transactions banking dalam mendukung pertumbuhan bisnis di sektor perdagangan yang berkelanjutan serta menyediakan solusi bagi nasabah korporasi untuk meningkatkan performa bisnisnya.
Berikut petikan wawancara dengan Head Transactions Banking Maybank Indonesia, Ade Rangkoto, mengenai fokus Bank dalam membantu nasabah korporasi mengembangkan bisnisnya:
Bisnis Transactions Banking yang dikelola di Maybank Indonesia ini seperti apa?
Di Maybank Indonesia, Transactions Banking (TB) ini merupakan solusi untuk menjawab kebutuhan nasabah korporasi, business banking, serta SME Banking. Kami memberikan solusi kepada seluruh nasabah segmen tersebut melalui produk yang kami kembangkan sesuai dengan kebutuhan nasabah. Hal ini sejalan dengan stratgei Maybank Group, M25+, yakni customer centricity.
Jadi, TB adalah tentang menemukan solusi yang paling efektif (antara lain: pembayaran, likuiditas, pembiayaan, peningkatan kredit) kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti mengatasi kesenjangan modal kerja, manajemen arus kas atau cash management, dan lain-lain. Dengan solusi TB yang tepat, pemain di industri dapat menjalankan bisnis mereka dengan lebih sedikit kekhawatiran dan mereka dapat fokus mengembangkan bisnis lebih besar lagi. Sebagian besar bank termasuk Maybank Indonesia memiliki produk dan solusi dasar. Namun, nasabah akan membedakan antara bank TB terbaik dengan yang lainnya seperti seberapa baik kesadaran bank tersebut dalam memahami kebutuhan nasabah dan apa solusi paling efektif yang dapat mereka berikan? Kami, di Maybank Indonesia, memikirkan dan memahami bagaimana membantu nasabah kami dan memposisikan nasabah di industri agar bisnisnya memiliki dampak positif dari perspektif sosial dan ekonomi.
Bagaimana cara Maybank Indonesia memahami kebutuhan nasabah korporasi?
Kami memikirkan bagaimana caranya supaya nasabah bisa bertransaksi dengan counter party di negara lain, kami akan siapkan solusinya apa, produk-produk apa yang ada dan kami racik produk-produknya supaya nasabah terbantu dengan solusi yang cocok untuk kebutuhannya. Bisnis ini kan berkembang, jadi, praktek-praktek yang lama, yang dilakukan 20-30 tahun lalu mungkin tidak bisa kita copy and paste tapi kita harus go deeper. Maybank Indonesia berusaha untuk masuk ke dalam ekosistem nasabah kami untuk mengetahui kebutuhan mereka. Hal ini juga selaras dengan misi Bank, “Humanising Financial Service”.
Ekosistem itu apa sih? Tergantung industrinya, contoh kita bicara Fast Moving Consumer Good (FMCG), di situ kan ada principal atau brand, kemudian dia punya distributor sendiri, distributornya ada di wilayah regional dan ada supplier di wilayah itu. Dalam ekosistem itu juga, ada logistic company, buyer, distributornya, ada layer-nya lagi number 2 atau number 3, konsumennya siapa aja, logistic company-nya siapa? Kami bisa membantu kebutuhan tidak hanya principal atau brand tadi tapi hingga ke layer berikutnya, ini kami masuk dengan solusi supplier financing. Jadi, dari principal yang kita support agar principal atau nasabah merasa terbantu, dan pelan-pelan kita juga membantu pihak sekitarnya baik dari sisi supplier juga dari sisi buyer.
Tantangan TB saat ini karena geopolitik dan dolar yang menguat, efek terhadap TB apa?
Secara tantangan, ada beberapa hal, ini terkait geopolitik betul, kemudian semua orang mengacu pada The Fed Rate. The Fed Rate naik, kemudian suku bunga semua perbankan global juga naik, 2023 kan labour sangat minim, diganti software, bikin market terdisrupsi, impact-nya apa? Impact-nya, pertama, cost of fund mahal. Kedua, ada geopolitical issue, perang di kawasan, ini membuat orang juga kirim barang jadi mahal karena perang geopolitik, global economy sudah destructive krn pandemi, tambah uncertain sekarang ini. Makanya banyak orang hati-hati, oleh karena itu juga, perbankan harus bisa membaca dan menyikapi. TB tidak hanya solusi tapi juga risk enhancement, kami kerja sama juga dengan beberapa pihak misalnya credit insurance company yang bisa memberikan jaminan risiko atas pembayaran dari pembeli-pembelinya eksportir ke kita. Jadi, isunya high cost of fund karena logistic cost jadi mahal dan commodity price juga ada yang naik dan turun sehingga harga jadi volatile, geopolitical issue, jadi ini dampaknya juga di perbankan termasuk TB karena TB tidak lepas dari perdagangan internasional.
Bagaimana cara Maybank Indonesia menyikapinya?
Komposisi kami antara domestic trade dan international trade harus balance. Kalau terjadi masalah di international trade, kita juga bisa tetap grow dari domestic trade. Karena kalau saya perhatikan, sebenarnya kalau dari trade finance, trade atau perdagangan Indonesia itu lebih besar di trade domestic daripada internasional, jadi harus balance. Bukan hanya ekspor-impor, tapi domestic seperti supply chain tadi harus kami kembangkan juga dan kami dukung.
Tadi tantangannya, opportunity TB di tengah banyak tantangan tadi seperti apa?
Kalau opportunity banyak sekali, kenapa? Karena mungkin dari sisi banking penetration sangat rendah di Indonesia dibandingkan dengan di ASEAN ya. Singapura paling tinggi, Malaysia lumayan tinggi, Thailand lumayan, kalau di ASEAN yang sama seperti kita itu Vietnam, populasinya tinggi. Nah jadi saya pikir kita harus melihat ke situ, makanya tadi yang saya bilang memahami ekosistem nasabah kami, kita masuk ke komunitas mereka. Ketika kita memahami kebutuhan mereka, kita dapat mempertajam solusi kita untuk menciptakan dampak yang positif terhadap bisnis nasabah kami.
Apa kekuatan Maybank Indonesia dalam hal bisnis TB?
Maybank Indonesia memiliki sebagian besar produk TB (baik konvensional maupun syariah) termasuk platform Financial Supply Cash Management (FSCM) berbasis web di mana kami adalah salah satu pelopor. Yang diperlukan adalah bagi kami untuk meninjau produk-produk tersebut, untuk melihat bagaimana kami dapat memperbaikinya untuk memenuhi pasar yang kompetitif dengan solusi yang berpusat pada nasabah dengan langkah-langkah yang tepat tentang bagaimana solusi tersebut memiliki dampak positif bagi masyarakat. Singkatnya, rangkaian produk yang komprehensif, platform digital canggih, konektivitas regional, hubungan dengan nasabah yang kuat, keahlian dalam trade financing, cash management, rantai pasokan dan layanan security untuk mendukung sindikasi, manajemen risiko dan kepatuhan, solusi inovatif, tim dukungan khusus, serta pendekatan yang berpusat pada nasabah. Ditambah lagi, sebagai bagian dari Maybank Group, kami kuat dalam trade financing, terutama di antara negara-negara anggota ASEAN. Dengan kekuatannya dalam trade financing, peran Maybank Group termasuk Maybank Indonesia dalam perdagangan intra-ASEAN sangat signifikan dalam mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan di antara para pebisnis di kawasan ASEAN (interkonektivitas di ASEAN).
Sebagai bankir regional selama bertahun-tahun hingga sekarang menjadi bankir lokal, dapatkah Anda membagikan perspektif/visi Anda sebagai bagaimana pembiayaan dapat membawa dampak positif bagi kehidupan banyak orang, bagi pembangunan negara?
Ada sekitar 600 juta orang yang tinggal di Asia Tenggara di mana kita bersatu di bawah ASEAN di mana Maybank Group memiliki kehadiran yang kuat. Mengingat pengalaman saya sebagai bankir regional selama bertahun-tahun, saya melihat Malaysia, Indonesia dan Singapura memiliki peran potensial dalam pembangunan ASEAN. Meskipun secara geografis kita dekat, kita memiliki banyak kesamaan dalam budaya, bahasa, kepercayaan oleh karena itu kita fokus pada peningkatan kualitas hidup untuk generasi mendatang.
Jumlah transaksi pembayaran sebagai contoh telah meningkat pesat terutama karena transformasi digital, e-commerce dan inklusi keuangan yang telah berkembang.
Berdasarkan data tahun 2020, Indonesia mendominasi dengan lebih dari $7 miliar transaksi non tunai (pertumbuhan dompet digital dan transaksi uang elektronik), diikuti oleh Malaysia dengan transaksi $4 miliar (didorong oleh mobile banking dan dompet elektronik), Singapura dengan transaksi $2,3 miliar (adopsi pembayaran digital dan e-commerce yang tinggi), Thailand mencapai transaksi $4 miliar (pertumbuhan pembayaran seluler dan transaksi kode QR), Vietnam mencapai transaksi $1 miliar (tumbuh lebih dari 30% dari tahun ke tahun).
Secara kolektif, ada sekitar $20-25 miliar transaksi dari negara-negara ASEAN setiap tahun, yang tumbuh dengan laju tinggi dan menunggu infrastruktur yang lebih baik dalam pembayaran digital agar bank lebih inklusif dalam mengadopsi layanan keuangan digital. Sekitar 70-80% transaksi digital dilakukan melalui kanal perbankan (Indonesia 60-70%, Malaysia 80%, Singapura 85%, Thailand 70-80%, Vietnam 60-70%).