Adapun bursa saham yang masih terjebak zona merah, juga menjadi 'outlier' di kawasan Asia. Mayoritas bursa saham di regional bergerak menguat sampai siang hari ini. Bahkan bursa saham Tiongkok CSI 300 naik 2,06% karena data aktivitas sektor jasa yang lebih tinggi.
Bursa saham Jepang Nikkei juga masih menguat di kisaran 1,43%, disusul oleh Hang Seng yang naik 1,41% sampai siang hari ini.
IHSG mengekor Kospi Korea yang juga tertekan. Sedangkan indeks saham negeri jiran seperti Thailand, Malaysia juga Singapura dan Filipina, semua masih menguat.
Surat utang rebound
Bila rupiah dan saham tertekan, hal berbeda terjadi di pasar surat utang sampai siang hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, mayoritas tenor SBN bergerak menguat harganya.
Tingkat imbal hasil SBN tenor 10Y turun 1,5 bps ke 6,74%. Disusul oleh tenor 5Y yang juga turun 1,3 bps ke 6,63%. Tenor pendek 2Y sedikit berubah di 6,39%. Sementara tenor panjang 20Y turun 2,2 bps ke 7%.
Rebound SBN mengekor pergerakan pasar Treasury, surat utang AS, yang tadi malam ditutup menguat. Meski jelang pembukaan pasar Eropa siang ini, Treasury kembali tertekan dalam ruang terbatas.
Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2024 gagal mencapai angka 5% karena pada periode itu tidak ada faktor musiman yang mampu diharapkan bisa mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB).
Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti dalam taklimat media siang ini menjelaskan, berdasarkan sata yang dikumpulkan oleh BPS baik dari survei yang dilakukan maupun data eksternal yang dikumpulkan oleh BPS dari instansi lain, perlambatan adalah karena tidak ada faktor musiman yang bisa mendorong ekonomi pada kuartal III lalu.
"Pada kuartal III ini memang tidak ada faktor musiman seperti liburan atau perayaan hari besar keagamaan. Biasanya faktor-faktor musiman itu, hari libur, hari besar, mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat yang lebih tinggi," kata Amalia.
Amalia lebih lanjut mengatakan, pada kuartal lalu, pertumbuhan investasi secara tahunan masih lebih tinggi dibanding kuartal-kuartal sebelumnya.
Laju pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal lalu terutama karena kinerja konsumsi rumah tangga yang ambles ke zona kontraksi.
Badan Pusat Statistik pada taklimat media siang hari ini melaporkan, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024, yang menjadi motor utama pendorong ekonomi domestik, terkontraksi dengan pertumbuhan -0,48% quarter-to-quarter.
Angka itu tergerus dibandingkan kuartal II-2024 yang masih tumbuh 3,12% qtq.
Secara tahunan, kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 melambat jadi hanya tumbuh 4,91% year-on-year, dibandingkan 4,93% pada kuartal sebelumnya.
Sementara berdasarkan lapangan usaha, secara tahunan yang mengalami perlambatan adalah sektor penyediaan akomodasi & makan minum, lalu sektor transportasi dan pergudangan, sektor jasa perusahaan juga sektor perdagangan dan reparasi mobil dan motor.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan juga melambat pada kuartal lalu secara tahunan. Sementara sektor industri pengolahan dan konstruksi masih tumbuh positif.
(rui)