Selain konsumsi rumah tangga yang terkontraksi, pertumbuhan ekonomi kuartal III juga lesu karena penurunan pengeluaran konsumsi LNRPT yang tercatat -0,15% qtq, juga penurunan pengeluaran pemerintah -0,67% qtq.
Nilai investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga terkontraksi dengan pertumbuhan -0,66% qtq pada kuartal lalu.
Sementara secara tahunan, selain konsumsi rumah tangga, sumber pertumbuhan ekonomi masih mencatat kinerja positif.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen PK-LNPRT sebesar 11,69%, diikuti Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09%, Komponen PMTB sebesar 5,15%, lalu Komponen PK-RT sebesar 4,91% dan Komponen PK-P sebesar 4,62 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 11,47%.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengakui pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan secara tahunan tetapi meski melambat masih tumbuh. Nilai nominal harga berlakunya sebesar Rp2.993 triliun. Adapun pada kuartal III-2023 hanya Rp2.787 triliun.
"Jadi secara level nilai harga berlaku, konsumsi rumah tangga relatif tinggi dibanding kuartal III-2023 karena masih tumbuh," terangnya.
Jika dibandingkan dengan kuartal II-2024, terjadi penurunan nilai konsumsi rumah tangga karena efek musiman. Pada kuartal II terjadi puncak konsumsi yang bertepatan dengan Idul Fitri dan Idul Adha.
(rui)