Rute-rute tersebut dilayani hampir setiap hari dalam sepekan, menurut catatan Kemenhub. Namun, masih terdapat 1 rute lagi, yaitu CGK—Pontianak (PNK), yang direncanakan terbang perdana pada 15 November 2024.
Terkait dengan diberhentikannya operasional penerbangan untuk rute CGK—BPN, Kemenhub meminta BBN Airlines untuk menyesuaikan layanan mereka sesuai dengan permintaan pasar.
Lukman menuturkan keputusan yang diambil oleh BBN Airlines Indonesia dengan menghentikan rute penerbangan yang rendah tingkat keterisiannya merupakan hal yang wajar sesuai dinamika pasar, asalkan tidak merugikan calon penumpang.
Lebih lanjut, Lukman mengatakan Kemenhub mendukung langkah-langkah yang diambil oleh setiap maskapai dalam menghadirkan penerbangan niaga berjadwal di Indonesia, dan berharap semua pihak dapat bekerja sama dalam menjaga kualitas layanan penerbangan.
“Keputusan yang bijak dalam manajemen rute dan respons terhadap pasar adalah kunci keberhasilan industri penerbangan nasional. Tak lupa, aspek penting dalam penerbangan yaitu keselamatan, keamanan dan kenyamanan adalah nomor satu,” ucapnya.
Kesempatan Bersaing
BBN Airline sebelumnya dinilai memiliki kans untuk bisa bersaing di tengah industri penerbangan nasional yang sedang lesu, dengan dua catatan.
Dalam kaitan itu, pakar penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo mengatakan geliat industri maskapai penerbangan, baik rute domestik maupun internasional, sebenarnya masih memiliki ceruk di Indonesia.
“Pada 2023, jika dibandingkan dengan 2019 [era prapandemi Covid-19], itu untuk domestik baru 83%, sedangkan internasional baru 78%. Jadi masih terbuka pasarnya,” ujarnya saat dihubungi Bloomberg Technoz.
Hanya saja, bagi maskapai baru seperti BBN Airlines, kesuksesan mereka dalam bersaing di industri penerbangan Indonesia akan tergantung pada dua hal. Pertama, strategi pemasaran perusahaan. Kedua, kebijakan pemerintah.
Untuk strategi pemasaran, Gatot mengatakan, BBM Airlines sebagai maskapai baru seharusnya bisa mengajukan harga promosi ke otoritas penerbangan atau pemerintah dalam waktu tidak tertentu.
Sementara itu, dari sisi kebijakan pemerintah, dia menilai Kementerian Perhubungan seharusnya bisa mengelola iklim bisnis dan persaingan usaha penerbangnan pesawat nasional.
“Seharusnya untuk maskapai baru ada perlindungan dalam waktu tertentu agar bisa berkembang dan kemudian baru dilepas. Perlindungan misalnya dalam hal slot penerbangan diberikan waktu yang baik dalam jangka waktu tertentu dan dilindungi dari persaingan yang kurang sehat,” terangnya.
Untuk diketahui, BBN Airlines Indonesia resmi membuka penerbangan komersial perdananya dengan rute Jakarta—Surabaya sejak Jumat (27/9/2024).
Berdasarkan tangkapan story akun Instagram BBN Airlines Indonesia, mengutip dari akun media sosial X @txttransportasi, sejak 27 September, pesawat BBN Airlines Indonesia telah terbang ke Bandara Internasional Juanda, Surabaya dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Begitu pun sebaliknya.
Harga tiket penerbangan rute Jakarta—Surabaya pada 27 September 2024 atau saat penerbangan perdananya tercatat mulai dari sekitar Rp1,1 juta.
Sekadar catatan, melalui situs resmi, BBN Airlines merupakan anak perusahaan dari Avia Solutions Group yang merupakan penyedia pesawat, awak, pemeliharaan, dan asuransi atau ACMI terbesar di dunia.
Hingga saat ini, BBN Airlines Indonesia telah menyiapkan 3 armada Boeing 737-800 untuk melayani permintaan carter penumpang. Spesifikasi dari armada tersebut adalah memiliki jarak tempuh maksimal 5.185 km dengan 189 kursi penumpang dan mesin CFM56-7B26.
BBN Airlines Indonesia juga menyediakan 3 pesawat kargo dengan armada Boeing 737-800 dan Boeing 737-400 untuk melayani penerbangan domestik maupun internasional.
Dengan armada yang telah tersedia, BBN Airlines Indonesia menargetkan untuk mengoperasikan 40 pesawat armada pada 2027.
(wdh)