Setelah Li, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, memuji China atas cara penanganannya dalam perdagangan, terutama menghadapi "praktik perdagangan yang tidak jelas, merendahkan, dan tidak adil" dari negara-negara tertentu. Kunjungan pemimpin Malaysia ini terjadi di saat negara mayoritas Muslim tersebut semakin dekat dengan Beijing, di mana Anwar secara terbuka mengkritik AS terkait dukungannya terhadap Israel. Bulan lalu, Malaysia, Indonesia, Vietnam, dan Thailand menjadi negara mitra bagi blok BRICS, yang diharapkan dapat menjadi penyeimbang bagi negara-negara Barat yang dipimpin AS.
Pernyataan Li dan Anwar muncul menjelang pemilihan presiden di AS, di mana ada kemungkinan besar bagi masa jabatan kedua untuk Donald Trump, yang telah mengancam akan mengenakan tarif 60% pada produk-produk China. Tindakan ini diperkirakan akan memicu balasan dari Beijing.
Pada Senin, Li juga bertemu dengan sekelompok eksekutif perusahaan yang hadir dalam CIIE.
"Pesan utamanya adalah China kuat, ekonominya tumbuh, dan ada banyak sekali peluang," ujar Jerry Felton, CEO Melaleuca Inc, produsen vitamin dan suplemen berbasis di Idaho. Beberapa CEO dalam pertemuan tersebut juga membahas tantangan yang dihadapi, terutama terkait dengan ekonomi global, menurut Felton.
(bbn)