Di lain sisi, analis komoditas sekaligus Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan kebijakan-kebijakan Harris justru bakal memberikan dukungan terhadap harga minyak.
Jika Harris yang terpilih, kata Sutopo, tekanan inflasi AS akan relatif lebih rendah karena pertumbuhan yang lebih lemah dan tidak adanya eskalasi dalam bentuk ketegangan karena perang dagang.
"Kebijakan imigrasi relatif lebih longgar dan berarti [bank sentral AS] Federal Reserves atau The Fed mungkin merasa lebih nyaman dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, yang pada akhirnya akan memberikan dukungan terhadap harga minyak," ujarnya.
Namun, ketidakpastian yang lebih rendah atas perdagangan dapat menurunkan permintaan minyak.
Sentimen China
Bagaimanapun, Sutopo tetap menggarisbawahi harga minyak bukan hanya dipengaruhi oleh Pilpres AS 2024, melainkan juga pertumbuhan ekonomi China.
Terlebih, China merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, sehingga perubahan dalam ekonominya dapat berdampak signifikan pada pasar minyak global.
"Untuk itu, pertumbuhan ekonomi China juga perlu dipantau lebih lanjut. Minyak mentah diperkirakan akan diperdagangkan pada US$72,5 per barel pada akhir kuartal ini," ujarnya.
Perekonomian China menunjukkan tanda-tanda stabil setelah Beijing mengeluarkan langkah-langkah stimulus paling berani sejak pandemi.
Aktivitas pabrik secara tak terduga meningkat pada Oktober setelah lima bulan mengalami kontraksi. PMI manufaktur China naik menjadi 50,1, lebih tinggi dari perkiraan 49,9 oleh para ekonom. PMI nonmanufaktur menunjukkan aktivitas dalam konstruksi dan jasa berekspansi setelah tidak banyak berubah pada bulan sebelumnya.
“Positif bahwa PMI meningkat dan ada beberapa tanda-tanda perubahan, tetapi pada akhirnya kita masih berada dalam bayang-bayang pemilihan umum AS yang masih menjadi kunci utama untuk prospek pertumbuhan China,” ujar Eddie Cheung, pakar strategi pasar negara berkembang senior di Credit Agricole CIB.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari turun 0,1% menjadi US$74,98 per barel pada pukul 9:29 pagi di Singapura, hari ini. Sementara itu, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Desember turun 0,1% menjadi US$71,37 per barel.
(dov/wdh)