Pelemahan rupiah di awal perdagangan terjadi akibat indeks dolar AS yang berbalik bangkit setelah tadi malam ditutup melemah ketika pasar Treasury mencatat rebound.
Indeks dolar AS pada pukul 08:57 WIB menguat lagi menuju 104, tepatnya di 103,9. Sementara di pasar forward, rupiah NDF-1M yang kemarin berhasil menguat dan pagi tadi masih melanjutkan penguatan, kini berbalik melemah menyentuh Rp15.813/US$.
Dengan posisi rupiah spot saat ini, level support terdekat sudah jebol dan kini rupiah bersiap menuju Rp15.800/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp15.850/US$ dalam jangka menengah (Mid-term).
Volatilitas jangka pendek
Pada Oktober lalu, rupiah membukukan kinerja terburuk sejak pandemi dengan penurunan nilai hingga 3,7%.
Sebagian analis menilai, apa yang menimpa rupiah pada Oktober kemungkinan telah menjadi puncaknya. Namun, dalam sebulan ke depan rupiah berpotensi terperosok hingga ke Rp15.850/US$ seperti dilansir oleh Reny Eka Putri, Ekonom Senior Bank Mandiri. Setelah itu, rupiah akan bangkit di akhir tahun.
Secara musiman, rupiah berpeluang bangkit di pengujung tahun. Menilik kinerja historis, rupiah selalu menguat rata-rata sebesar 1,2% setiap bulan Desember dalam lima tahun terakhir.
Arus masuk modal asing akan meningkat di ujung tahun sejalan dengan langkah para pengelola dana menata lagi isi portofolio investasi mereka.
Sementara analis asing melihat, meski kondisi domestik Indonesia dinilai cukup baik dan memberi dukungan positif, akan tetapi faktor eksternal masih membuat mata uang rupiah sulit mendapatkan keuntungan.
"Dengan latar belakang eksternal yang ditentukan oleh sentimen pasar nan kurang agresif, pelonggaran oleh The Fed dan sentimen China yang memburuk menciptakan lingkungan yang sulit bagi mata uang negara berkembang untuk membukukan kinerja yang baik," kata Brendan McKenna, Strategist Wells Fargo, yang memprediksi nilai rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp15.750/US$ pada akhir tahun ini.
(rui)