Logo Bloomberg Technoz

"Jika Trump yang terpilih menjadi Presiden AS, kebijakan tarif dan kontrol imigrasi lebih ketat, pembatasan pemotongan suku bunga dari Federal Reserve membuat dolar AS yang lebih kuat dapat memberikan beberapa hambatan bagi minyak," ujar Sutopo kepada Bloomberg Technoz, Selasa (5/11/2024). 

Tambah Daya Tarik

Kendati demikian, peningkatan ketegangan karena perang dagang atau trade war dalam pemerintahan Trump justru juga bisa menambah daya tarik minyak.

Sekadar catatan, Trump memang terkenal dengan kebijakan perang dagangnya, khususnya melawan China selaku raksasa ekonomi Asia Timur.

Pada 2018, Trump yang saat itu masih menjadi Presiden AS terkenal menulis unggahan di X (dahulu Twitter) yang mengatakan bahwa “perang dagang adalah bagus dan mudah untuk dimenangi”. Kala itu, Trump mulai mengenakan tarif pada impor senilai US$360 miliar dari Negeri Panda.

Pergerakan harga minyak dunia sampai dengan 4 November 2024./dok. Bloomberg

Bisa Bullish 

Di lain sisi, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan harga minyak mentah seperti Brent justru bisa mengarah pada momentum bullish bila Trump terpilih sebagai Commander in Chief di Amerika. 

Hal ini terjadi karena pemerintahan Trump diyakini bakal mendukung industri energi tradisional dan berpotensi memangkas pengeluaran yang terkait dengan inisiatif energi terbarukan, yang dapat memengaruhi pasar minyak.

"Pergeseran kebijakan yang mendukung produksi bahan bakar fosil dalam negeri, dikombinasikan dengan potensi perdagangan dan penyesuaian tarif, dapat menciptakan volatilitas pada harga minyak," ujar Josua.

Meskipun prediksi yang tepat tidak bisa dikalibrasikan saat ini, kata Josua, minyak diproyeksikan bergerak ke zona bullish dengan harga Brent berpotensi mencapai sekitar US$80—US$90 per barel pada akhir tahun, terutama jika kendala pasokan tetap ada.

Sekadar catatan, harga Brent untuk pengiriman Januari ditutup 2,7% lebih tinggi di level US$75,08 per barel pada Senin (4/11/2024). Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 0,1% menjadi US$71,51 per barel pada pukul 7:45 pagi di Singapura hari ini, Selasa (5/11/2024).

Harga minyak stabil setelah melonjak hampir 3% pada Senin selaras dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan keputusan OPEC+ untuk menunda pemulihan produksi minyak anggotanya ke pasar.

(dov/wdh)

No more pages