Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga koin digital Bitcoin melanjutkan pelemahan dalam dua hari beruntun dan kembali pada kisaran di bawah US$68.000 (sekitar Rp1,06 miliar). Para trader bersiap menghadapi volatilitas pasar pasca pencoblosan Pemilihan Umum Amerika Serikat (AS) pada 5 November waktu setempat.

Kisaran harga terendah Bitcoin dalam beberapa jam terakhir sempat menyentuh US$66.896 (sekitar Rp1,05 miliar) namun sedikit membaik sekitar US$1.000. Sebuah situasi yang mengindikasikan para spekulan tengah mempersiapkan diri pada babak akhir persaingan antara calon dari Partai Republik Donald Trump dan calon dari Partai Demokrat Kamala Harris.

Trump di konferensi Bitcoin. (Dok: Bloomberg)

Bitcoin kembali menunjukkan pelemahan 1,04% dalam 24 jam perdagangan terakhir. Bitcoin bergerak pada level US$67.958,68 hingga pukul 8.12 waktu Indonesia. Pelemahan 2,72% terjadi pada aset digital paling berharga ini dibandingkan sepekan terakhir.

Caroline Mauron, co–founder Orbit Markets, penyedia likuiditas untuk perdagangan derivatif kripto menyatakan, pasar opsi bergerak pada level ekspektasi 8% di kedua arah satu hari pasca pemilu AS, dibandingkan dengan 2% naik atau turun pada hari biasa.

“Tidak ada premi volatilitas signifikan yang diperhitungkan setelah 7 November, ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan resolusi yang cukup cepat. Mungkin saja terbukti optimis, mengingat betapa dekatnya persaingan yang ditunjukkan oleh jajak pendapat,” kata Mauron dilansir Bloomberg News, Selasa.

Diketahui selama kampanye, Trump mengambil sikap pro-kripto, sementara Harris, dalam pendekatan yang terukur dengan berjanji untuk mendukung kerangka kerja regulasi untuk aset digital.

Sepanjang Januari hingga akhir Oktober Bitcoin tercatat masih mengalami kenaikan harga 73% dengan pasar relatif mendukung kebijakan pro kripto mantan Presiden AS Donald Trump. Situasi yang sempat berbalik karena muncul indikasi baru bahwa Trump berisiko kalah dari Kamala.

Pergerakan Bitcoin sepanjang tahun 2024, yang sempat tembus rekor pada bulan Maret.

Meski demikian masih terdapat keyakinan atas kebijakan ekonomi dan keuangan AS, yang menurut analis Ajaib Kripto Panji Yudha, mampu mengangkat pasar aset kripto. Tidak cuma soal pemilu, pasar juga memonitor sentimen “risk-on” di tengah ekspektasi suku bunga.

The Fed mungkin akan kembali pemotongan suku bunganya 25 bps pada rapat policy rate FOMC 7 November. “Memberikan ruang bagi Bitcoin untuk terus bergerak naik,” tulis Panji dalam risetnya.  Mengutip histogram MACD, kirpto juga mengindikasikan momentum bullish.

“Lingkungan suku bunga rendah memungkinkan investasi berisiko seperti aset kripto lebih menarik karena biaya pinjaman yang lebih rendah,” jelas Panji. Hal yang membuat Bitcoin dan altcoin kemungkinan kembali naik dalam beberapa waktu ke depan.

(fik/wep)

No more pages