Logo Bloomberg Technoz

Ekonomi Indonesia Mengidap Stagnasi Sekuler, Apa Itu?

Ruisa Khoiriyah
05 November 2024 08:50

Aktivitas bongkar muat beras bulog impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Aktivitas bongkar muat beras bulog impor dari Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Perekonomian Indonesia pada kuartal III-2024 diperkirakan makin lesu akibat keterpurukan daya beli masyarakat serta aktivitas manufaktur yang makin merosot.

Hasil konsensus pasar yang dikompilasi oleh Bloomberg dari 32 ekonom sampai pagi ini, memprediksi, Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal III-2024 hanya akan tumbuh 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Itu akan menjadi angka pertumbuhan paling lambat dalam setahun terakhir setelah pada kuartal III-2023 tumbuh 4,94%.

Selain itu, bila dibandingkan kuartal sebelumnya, pertumbuhan 5% berarti perlambatan berlanjut setelah pada kuartal II tumbuh 5,05% dan kuartal I naik 5,11%.

Laporan pertumbuhan pada kuartal III-2024 juga akan mempertegas terjadinya stagnasi sekuler dalam perekonomian domestik. Yakni sebuah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh signifikan atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Sekuler berarti jangka panjang, berlawanan dengan istilah 'siklus'. 

Istilah stagnasi sekuler pertama dikemukakan oleh Alvin Hansen pada 1938, menggambarkan yang dikhawatirkan sebagai nasib ekonomi Amerika Serikat setelah periode Depresi Hebat pada awal tahun 1930-an silam.