Logo Bloomberg Technoz

Pada pembukaan pasar Asia pagi, pergerakan valuta kawasan bervariasi didominasi penguatan. Won memimpin dengan kenaikan nilai 0,11%, disusul yuan offshore yang naik 0,02%, dolar Singapura juga menguat serupa. Sementara ringgit tertekan 0,08% bersama dolar Hong Kong yang turun sedikit 0,01%.

Rupiah hari ini akan menunggu pengumuman kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk kuartal III-2024. Hasil konsensus pasar sejauh ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI akan melambat di angka 5%, dari capaian kuartal sebelumnya sebesar 5,05%.

Pilpres AS

Hari ini, 5 November, rakyat Amerika Serikat akan melakukan Pemilihan Umum untuk memilih presiden, anggota kongres juga anggota senat. Pilpres kali ini akan menjadi kontestasi paling ketat karena hingga detik-detik akhir, dua kandidat yakni Donald Trump dan Kamala Harris bersaing sangat ketat.

Kemungkinan hasil yang diperdebatkan dapat memperpanjang penghitungan suara selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Bagi banyak pihak, ini berarti potensi peningkatan volatilitas.

Yang juga membuat pasar cenderung volatile, karena pekan ini bukan sekadar perhatian terpusat pada hasil Pilpres AS akan tetapi juga menanti hasil pertemuan Federal Reserve, bank sentral AS, yang akan memutuskan kebijakan suku bunga acuan pada Kamis nanti. 

Donald Trump & Kamala Harris ditampilkan di layar saat debat di Cameo Art House Theatre, AS (10/9/2024). (Dok: Allison Joyce/Bloomberg)

"Biasanya, pengumuman suku bunga The Fed akan mendominasi diskusi pekan ini, tetapi ini bukan pekan biasa," kata Chris Larkin dari E*Trade, Morgan Stanley, dilansir dari Bloomberg News.

"Pedagang dan investor yang menunggu hasil pemilu harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan hasil yang tertunda, serta dampak ketidakpastian itu pada pasar," imbuhnya.

Pada Oktober lalu, rupiah membukukan kinerja terburuk sejak pandemi dengan penurunan nilai hingga 3,7%. 

Sebagian analis menilai, apa yang menimpa rupiah pada Oktober kemungkinan telah menjadi puncaknya.

Secara musiman, rupiah berpeluang bangkit di pengujung tahun. Menilik kinerja historis, rupiah selalu menguat rata-rata sebesar 1,2% setiap bulan Desember dalam lima tahun terakhir.

Arus masuk modal asing akan meningkat di ujung tahun sejalan dengan langkah para pengelola dana menata lagi isi portofolio investasi mereka.

Analisis yang dilontarkan oleh Bank Mandiri memprediksi, nilai rupiah terhadap dolar AS berpotensi ambles dalam jangka pendek, sebulan ke depan, menyentuh Rp15.850/US$ sebelum akhirnya rebound di akhir tahun. Saat ini sentimen jangka pendek mendominasi pergerakan rupiah, menurut Reny Eka Putri, Ekonom Senior Bank Mandiri.

Volatilitas diperkirakan mereda, berkaca pada keterpilihan Trump pada 2020 yang butuh waktu sekitar dua bulan. Alhasil, rupiah berpotensi rebound, juga ketika The Fed memangkas bunga acuan pekan ini.

Sementara analis asing melihat, meski kondisi domestik Indonesia cukup baik dan memberi dukungan positif, akan tetapi faktor eksternal masih membuat mata uang rupiah sulit mendapatkan keuntungan.

"Dengan latar belalang eksternal yang ditentukan oleh sentimen pasar nan kurang agresif, pelonggaran oleh The Fed dan sentimen China yang memburuk menciptakan lingkungan yang sulit bagi mata uang negara berkembang untuk berkinerja baik," kata Brendan McKenna, Strategist Wells Fargo, yang memprediksi nilai rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp15.750/US$ di akhir tahun ini.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah hari ini berpotensi bangkit meski masih di kisaran sempit.

Rupiah berpotensi menuju resistance terdekat pada level Rp15.740/US$ yang kemudian resistance potensial di Rp15.710/US$ dan Rp15.700/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah.

Sementara level support psikologis rupiah ada pada level Rp15.780/US$ dan Rp15.800/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp15.850/US$ dalam jangka menengah (Mid-term).

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Selasa 5 November 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages