Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan kembali melakukan perombakan jajaran pimpinan perusahaan pelat merah.
Usai Pertamina, perombakan akan dilakukan kepada perusahaan penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Jumat (15/11/2024) mendatang.
Dalam keterbukaan informasinya, GIAA akan melakukan RUPSLB berdasarkan usulan Kementerian BUMN sebagai pemegang saham seri A Dwiwarna melalui Surat Nomor: SR-463/MBU/09/2024 tanggal 24 September 2024.
Pelaksanaan RUPSLB akan dilakukan di Ruang Auditorium, Gedung Manajemen Garuda, Lantai Dasar, Garuda City, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, dengan pembahasan satu mata agenda, yakni perubahan pengurus perseroan.
Sebelumnya, perombakan dilakukan di Pertamina melalui RUPS dengan menetapkan Simon Aloysius Mantiri sebagai Direktur Utama Pertamina menggantikan Nicke Widyawati.
RUPS juga menetapkan Eks Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan alias Iwan Bule sebagai Komisaris Utama.
Keduanya juga merupakan pejabat politik partai Gerindra, yang dimiliki oleh Presiden Prabowo Subianto.
Kinerja GIAA
Hingga akhir September 2024, GIAA sendiri masih membukukan kerugian bersih sebesar US$131,22 juta atau setara sekitar Rp2,06 triliun. Angka ini membengkak 81,29% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, GIIA sejatinya membukukan kenaikan pendapatan usaha konsolidasi 16,99% secara tahunan menjadi US$2,02 miliar.
Pendapatan itu ditopang oleh penerbangan berjadwal, yang mana pemasukan ini naik 6,16% secara tahunan. Kemudian, penerbangan tidak berjadwal naik 8,10% secara tahunan menjadi US$253,94 juta.
Namun, total beban usaha Garuda Indonesia (GIAA) lompat 19,60% secara tahunan menjadi US$2,38 miliar, yang didorong oleh beban operasional yang juga tercatat membengkak 14% secara tahunan menjadi US$1,29 miliar.
Posisi itu tak mampu terkompensasi meski kerugian kurs turun 44% secara tahunan menjadi US$7,51 juta.
Situasi kian berat, lantaran Garuda Indonesia juga mencatat kenaikan beban keuangan 10,78% secara tahunan menjadi U$$374,3 juta.
(ibn/dhf)