PT United Tractor Tbk (UNTR), bagian dari grup bisnis Astra memiliki kinerja baik sepanjang tahun lalu. Raihan laba bersih perseroan meningkat 104% dibandingkan posisi sebelumnya menjadi Rp21 triliun.
Bahkan UNTR pede membagikan dividen lebih tinggi dari pencapaian laba, atau sekitar Rp25,4 triliun. Persentase dividen terhadap laba sekitar 121%, dengan nilai dividen per saham Rp7.003.
Pada kinerja kuartal I-2023 juga tak kelah mentereng. Laba bersih perseroan naik 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp5,32 triliun. Penjualan alat berat masih jadi penopang bisnis UNTR di periode Januari hingga Maret ini.
Adapun pendapatan perseroan bertumbuh 25% menjadi Rp34,88 triliun, dengan kontribusi segmen usaha mesin konstruksi (bertumbuh 31%), kontraktor penambangan (33%), dan pertambangan batu bara (30%).
Dalam dokumen keuangan, UNTR memang tergolong memiliki arus kas yang kuat. Diamini juga oleh petinggi United Tractor dalam pernyataannya di sejumlah kesempatan. Mengulik raihan kas tiga tahun lalu, UNTR mencatatkan angka Rp20 triliun. Kemudian menjadi Rp33 triliun atau meningkat 62% setahun berselang. Dan, pada 2022 kembali naik 14% menjadi Rp38 triliun.
Posisi total aset tahun lalu juga mencapai Rp140 triliun, atau naik 24% dibanding periode sebelumnya Rp112 triliun. Sementara pada 2020 total aset UNTR sudah melampaui Rp99 triliun.
Ajaib Sekuritas mengatakan secara teknikal saham UNTR masih memiliki momentum positif. Terlihat dari fase strong bullish yang di atas MA-5, MA-20 dan MA-50. Volume meningkat. Stochastic goldencross dan MACD line dan bar histogram positif.
Ajaib menetapkan target price atas saham UNTR di Rp32.000/saham, dengan target beli pada Rp31.075/saham. Posisi jual akibat kerugian pada Rp30.200/saham. “Kinerja UNTR tercatat tumbuh solid dimana laba bersih meningkat 108% YoY, mencapai Rp 5,13 triliun. UNTR akan membagi dividen sebesar Rp 6.185 per lembar saham, momentum tersebut dapat menjadi katalis positif pergerakan UNTR,” sebut Ajaib dalam laporan sebagaimana dikutip, Jumat (28/4/2023).
Pencadangan belanja modal Rp17,8 triliun tahun ini guna pembelian mesin dan peralatan baru, serta fokus perseroan meningkatkan kapasitas produksi dan infrastruktur pada pertambangan, menjadi sinyal baik untuk investor.
(wep/dba)