Para mediator, termasuk Mesir dan Qatar dengan dukungan Amerika Serikat, sejauh ini belum berhasil mengamankan gencatan senjata yang diharapkan dapat mengakhiri perang Gaza. Mereka juga berupaya memfasilitasi pembebasan sandera Israel dan asing yang ditahan Hamas serta ribuan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Hamas menyerukan diakhirinya permusuhan, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa perang akan terus berlanjut hingga Hamas dibubarkan.
Pejabat politik Hamas, Izzat al-Risheq, menolak usulan gencatan senjata sementara yang dia sebut hanya sebagai pengalihan sementara dari masalah yang sebenarnya.
"Kami sangat terbuka terhadap usulan atau ide apa pun yang memastikan penghentian agresi dan penarikan pasukan pendudukan dari Gaza," ujar al-Risheq dalam pernyataannya.
Konflik ini terus membawa korban besar, dengan laporan dari petugas medis yang menyebutkan lima warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Bureij, Gaza, pada Sabtu (02/11/2024).
Menurut pejabat kesehatan Palestina, setidaknya 60 orang telah tewas akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak Jumat (01/11/2024).
Dalam perkembangan terbaru, Jihad Islam, kelompok militan Palestina yang bersekutu dengan Hamas, meluncurkan roket ke Sderot, Mefalsim, dan wilayah Israel lainnya di dekat perbatasan Gaza pada Sabtu malam.
Militer Israel melaporkan dua proyektil ditembakkan dari Gaza utara dan jatuh di area terbuka tanpa menyebabkan korban.
Perang ini dimulai setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 sandera ke Gaza, menurut penghitungan Israel.
Serangan balasan Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
(del)
