Lloyd Chan, Strategist di MUFG Bank, menilai prospek perekonomian Indonesia ke depan agan bergantung dari hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat (AS). Jika Donald Trump terpilih menjadi pemimpin Negeri Paman Sam selama 4 tahun ke depan, maka bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Ibu Pertiwi.
“Kepemimpinan Trump bisa menimbulkan risiko bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan nilai tukar rupiah, bila berkaca dari kebijakan luar negerinya dulu. Kami perkirakan bahwa kebijakan bea masuk Trump terhadap 60% produk impor dari China dan 10% terhadap negara-negara lain berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,6 poin persentase,” papar Chan dalam risetnya.
Sementara Bloomberg Economics memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5% pada kuartal III-2024. Investasi menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Indikator manufaktur menunjukkan pelemahan,” tulis riset Bloomberg Economics.
S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur di Tanah Air berada di 49,2 untuk periode Oktober. Sama persis, tidak berubah dibandingkan September.
PMI di bawah 50 mencerminkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, tidak ekspansi. Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
(aji)