Pabrik ini direncanakan berkapasitas produksi mencapai 120 kiloton (KT)/tahun dengan total investasi mencapai US$4,5 miliar (sekitar Rp70,88 triliun).
“Pabrik HPAL Pomalaa ini akan mendukung ketersediaan bahan baku baterai nantinya. Fokus utama saat ini adalah pengembangan area feed processing plant [FPP] sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pabrik HPAL Pomalaa,” ujar Vanda kepada Bloomberg Technoz, dikutip Senin (4/11/2024).
Selain itu, perseroan berfokus pada pembangunan akses jalan yang menghubungkan ke area tersebut. Hal ini bertujuan untuk melancarkan proses mobilisasi tim konstruksi di area HPAL dan FPP sesuai target.
Vanda mengatakan, Vale saat ini telah memulai serangkaian seremoni pemotongan perdana atau first cut di area tambang IGP Pomalaa yang dimulai pada Jumat (4/10/2024).
IGP Pomalaa juga telah menyelesaikan Bulk Sampling Test (BST) atau Uji Pengambilan Sampel Curah. Hasil dari BST tersebut sangat penting untuk memastikan semua parameter dalam operasional penambangan di Blok Pomalaa dan kebutuhan pabrik yang akan dibangun oleh mitra Vale.
BST Pomalaa yang telah rampung sejak September 2023 Pomalaa juga telah membuktikan cetak biru perencanaan tambang IGP Pomalaa dengan penerapan konsep good mining practices (GMP) dan pertambangan yang berkelanjutan mulai model grade control; mining by block digging lines; environment; risk management; environmental, social, and governance (ESG); dan lainnya.
Pusat Persemaian
Komitmen Vale terhadap ESG di blok Pomalaa juga dibuktikan dengan pembangunan pusat persemaian (nursery) yang akan memperkuat keanekaragaman hayati dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan di area sekitar.
Saat ini, nursery masih dalam tahap konstruksi beberapa fasilitas. Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi mencapai satu juta bibit per tahun.
"Ini adalah langkah signifikan dalam mendukung reboisasi dan rehabilitasi, baik untuk kebutuhan Vale, mitra, pemerintah dan stakeholder setempat," ujar Vanda.
Selain itu, nursery ini akan dioperasikan oleh Vale dan terintegrasi dengan area Kebun Raya Kolaka, sehingga lebih memungkinkan untuk saling berkolaborasi untuk kepentingan pelestarian alam dan keberlanjutan, sekaligus wadah transfer pengetahuan dengan memberikan edukasi lingkungan kepada masyarakat sekitar.
Adapun, pusat persemaian ini direncanakan akan beroperasi pada 2026.
Dalam laporan terbaru, BPK sebelumnya memberikan catatan terhadap komitmen investasi Vale melalui dua hal. Pertama, ketidakjelasan waktu penyelesaian kewajiban pengembangan pabrik pemurnian atau smelter Sorowako, pembangunan fasilitas pengolahan hilir di Bahadopi, serta fasilitas pengolahan dan pemurnian di Pomalaa yang menjadi komitmen Vale pada saat pengakhiran KK terkait.
“Kedua, pelaksanaan komitmen investasi Vale berupa pembangunan pabrik pengolahan nikel di Sulawesi Tengah dan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sulawesi Tenggara belum direalisasikan secara signifikan,” tulis BPK dalam laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I-2024, dilansir jelang akhir Oktober.
(dov/wdh)