Buffett juga berupaya menahan diri dalam langkah akuisisi-akuisisi besar dan pada saat bersamaan portofolio saham Apple miliknya justru semakin berkurang. Buffett kini mengoleksi saham Apple US$69,9 miliar (sekitar Rp1.097 triliun).
Jika membandingkannya pada akhir tahun lalu, Buffett memiliki saham Apple senilai US$174,3 miliar (sekitar Rp2.736 triliun ). Artinya telah terjadi penurunan hampir 60%. Selama kuartal ketiga Buffett menjual saham Apple Inc sekitar 25%.
Buffett mengatakan pada pertemuan tahunan ini bahwa perusahaan tidak terburu-buru untuk mengerahkan simpanannya “kecuali jika kita berpikir kita melakukan sesuatu yang memiliki risiko sangat kecil dan dapat menghasilkan banyak uang.”
Diketahui, Apple menghadapi beragam tantangan, termasuk minimnya pertumbuhan bisnis yang berarti untuk perangkat iPhone andalannya. Pekan lalu, Apple mengatakan kepada para investor bahwa mereka memproyeksikan pertumbuhan penjualan satu hingga dua digit pada periode Desember, meleset dari estimasi untuk musim liburan yang krusial.
Penjualan di China telah menurun, sementara para produsen perangkat ‘Made in China’ justru telah mendapatkan keuntungan. Regulator di kedua sisi Atlantik meningkatkan pengawasan atas masalah antimonopoli dan persaingan.
Lantas Apple telah tertinggal dari para rivalnya dalam hal kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Minggu lalu, Apple meluncurkan peningkatan model AI untuk iPhone, iPad dan komputer Mac, tetapi mengatakan kepada konsumen bahwa fitur yang paling dinanti-nantikan tidak akan tersedia hingga Desember.
Berkshire pertama kali mengungkapkan kepemilikannya di Apple pada tahun 2016 dan telah menghabiskan US$31,1 miliar untuk 908 juta saham Apple yang dimilikinya hingga akhir 2021. Buffett mengisyaratkan pada pertemuan tahunan Berkshire pada bulan Mei bahwa penjualan Apple di kuartal pertama sebagian dimotivasi oleh implikasi pajak.
(red/wep)