“Hal ini menunjukkan adanya keretakan mendasar dalam tatanan hukum internasional pada saat perdagangan dan investasi global semakin saling terkait,” jelas dia dikutip dari Bloomberg News, Senin (4/11/2024).
Serangkaian kasus yang menimpa Google dapat menjadi awal dari tren kasus-kasus di negara-negara netral dan memengaruhi bagaimana perusahaan multinasional lainnya memutuskan “apakah mereka akan menarik diri dari Rusia atau menerima persyaratan Rusia dalam berbisnis,” jelas Iordanova.
Aturan baru di Rusia memungkinkan perluasan cakupan kekuasaan pengadilan atas perusahaan-perusahaan Barat yang berperkara di luar negeri. Pengadilan juga semakin siap untuk menganggap keputusan dari negara-negara yang tidak bersahabat tidak adil, menurut para pengacara Barat.
Dalam kasus Google di Rusia, perusahaan media beralih ke pengadilan Afrika Selatan dalam upaya terbaru untuk menegakkan keputusan hakim Moskow untuk mengeluarkan denda bagi Google.
Pada bulan Maret, Pengadilan Tinggi di Afrika Selatan membekukan merek dagang dan saham lokal Google, meskipun perusahaan AS menantang tindakan tersebut, menurut gugatan perusahaan teknologi itu sendiri yang diajukan di California.
Ancaman denda ini menjadi sangat tinggi atau naik dua kali lipat setiap minggunya jika Alphabet menolak membayar, dari awalnya ribuan dolar AS. Bahkan nilai yang dikabarkan telah berkali-kali lipat dari valuasi Google Alphabet itu sendiri, yang mencapai US$2 triliun.
-Dengan asistensi Upmanyu Trivedi dari Bloomberg News.
(fik/wep)