Kesemua itu memantik kekhawatiran akan terjadinya kesenjangan kekayaan yang semakin melebar.
Waktu perilisan kebijakan pajak properti baru itu juga dilakukan jelang pemilihan umum pada 2024. Dengan isu perumahan yang tengah menghangat, otoritas setempat menaikkan pajak bagi pembeli properti dalam perencanaan anggaran terbaru. Pada Maret lalu, Singapura menaikkan batas threshold bagi investor global yang mencari status sebagai permanen residen dalam upaya untuk memperbanyak penciptaan lapangan kerja dan memaksimalkan keuntungan bagi penduduk lokal.
Harga properti di Singapura mencatat tren berkebalikan dengan perlambatan global yang melanda sektor properti di kota-kota lain seperti di Hong Kong ataupun London, Inggris.
Harga properti bisa mencatat kenaikan sampai 5% pada 2023, setelah mencatat kenaikan 3,2% pada kuartal 1-2023, berdasarkan Bloomberg Intelligence.
Namun, aturan baru tersebut sepertinya tidak akan mempengaruhi pasar karena orang asing hanya menyumbang 4,4% dari penjualan rumah pribadi di Singapura tahun lalu, menurut PropNex Realty dan data resmi. Perubahan kebijakan akan mempengaruhi sekitar 10% dari transaksi properti residensial, menurut pernyataan pemerintah.
Menteri Pembangunan Nasional Desmond Lee mengatakan bahwa aturan tersebut ditujukan sebagai langkah awal untuk meredam permintaan investasi, Straits Times melaporkan pada hari Kamis. Pemerintah ingin memastikan angka 10% tidak naik secara signifikan, tambahnya.
Alih-alih pasar massal, properti untuk kelompok harga di kisaran S$6 juta (setara US$4,5 juta) dan kategori yang lebih tinggi kemungkinan akan terpukul lebih keras, kata Kepala Riset Investasi Oversea-Chinese Banking Corp. Carmen Lee.
“Sementara pasar properti regional telah menyesuaikan diri dengan lingkungan suku bunga yang meningkat, harga properti Singapura baru saja naik,” katanya. "Ini tidak bisa terus berlanjut."
Pemerintah Singapura tidak mengungkapkan asal-usul aliran masuk kekayaan, tetapi China telah menjadi kelompok pembeli asing terbesar sejak 2016 dan merupakan 6,9% dari pembelian apartemen pribadi oleh orang asing tahun lalu. Itu adalah proporsi tertinggi sejak sebelum pandemi, menurut data OrangeTee & Tie. Konsultan properti berpotensi melihat peningkatan lebih dari 10% dalam jumlah rumah yang dibeli oleh China tahun ini, seiring dengan meningkatnya pasokan.
“Mungkin ada lebih banyak likuiditas mengalir dari kantor keluarga karena ada beberapa kesepakatan utama yang dibuat oleh pembeli asing,” kata Christine Sun, wakil presiden senior riset dan analitik OrangeTee. “Selanjutnya, dengan dibukanya kembali perbatasan China, kami mengharapkan lebih banyak minat beli dari China daratan.”
Oleh karena itu, langkah-langkah baru dapat dilihat sebagai tindakan pencegahan daripada tindakan segera untuk memperlambat pembelian dari pembeli asing ini, tambahnya.
“Semakin menonjol Singapura saat terjadi krisis, semakin banyak orang yang ingin datang ke Singapura,” kata Chief Financial Officer United Overseas Bank Ltd. Lee Wai Fai dalam wawancara dengan Bloomberg Television, ketika ditanya apakah bea meterai yang lebih tinggi akan menghalangi investor asing pembeli.
“Pada saat yang sama, kami tidak ingin hal itu mempengaruhi perekonomian domestik kami, di mana rata-rata orang bahkan tidak mampu membeli rumah untuk ditinggali,” kata Lee. “Saya pikir ini adalah keseimbangan yang harus kita lakukan.'”
-Dengan bantuan dari Sing Yee Ong, Chanyaporn Chanjaroen dan Russell Ward.
(bbn/rui)