“Ya tentu kita akan melihat baik domestik market maupun demand dari eksport market,” kata tutupnya.
Sebagai informasi, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama 4 bulan beruntun, tercermin dari data PMI yang dilansir S&P Global hari ini.
Menurut laporan S&P, PMI manufaktur di Tanah Air berada di 49,2 untuk periode Oktober, stagnan dari bulan sebelumnya. PMI di bawah 50 mencerminkan aktivitas yang berada di zona kontraksi, tidak ekspansi. Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
“Produksi, pemesanan baru, dan perekrutan tenaga kerja melemah tipis seiring dengan pasar yang melemah. Keyakinan terhadap prospek ke depan, walau secara umum masih positif, tetapi turun ke level terendah dalam 4 bulan terakhir,” papar laporan S&P Global.
Daya beli konsumen, lanjut laporan S&P Global, dilaporkan menurun oleh dunia usaha, Ini terjadi baik di pasar domestik maupun ekspor. Pasar ekspor juga menurun dan mengalami koreksi selama 8 bulan beruntun.
Penurunan iklim usaha membuat perusahaan-perusahaan memangkas pegawai di pabrik mereka, dan menjadi yang ketiga selama 4 bulan terakhir. Beban kerja masih sama, dan malah terjadi penumpukan barang jadi karena lesunya permintaan. Ini sudah terjadi selama 4 bulan beruntun.
Pembelian bahan baku pun kembali menurun, menjadi 4 bulan beruntun. Ini selaras dengan tren penurunan pemesanan baru dan produksi seiring permintaan yang lemah.
Dunia usaha memandang situasi ke depan masih positif, dengan harapan situasi pasar akan kembali stabil. Namun, keyakinan ini turun ke level terendah dalam 4 bulan dan lebih rendah dari tingkat historisnya.
“Sektor manufaktur Indonesia melanjutkan performa yang menurun pada Oktober, dengan produksi, pemesanan baru, dan penciptaan lapangan kerja yang berkurang. Responden menyebut dalam beberapa kasus ini terkait dengan ketidakpastian geopolitik.
“Sebagai cerminan dari pasar yang melambat, inflasi pun melambat dan sekarang di bawah level historisnya. Dunia usaha berharap kondisi akan membaik pada tahun depan seiring dengan lingkungan ekonomi yang lebih stabil,” papar Paul Smith, Economics Director di S&P Global Market Intelligence, dalam siaran pers.
(azr/roy)