Menjelang pemilihan presiden AS, aksi pembangkangan Kim Jong Un ini muncul saat langkahnya, yang mengejutkan untuk mengirim pasukan ke Rusia guna mendukung perang Moskow di Ukraina, telah mengguncang Korea Selatan (Korsel) dan para mitranya.
Mereka mengatakan bahwa tindakan Kim Jong Un menandai eskalasi berbahaya dalam konflik yang telah berlangsung selama dua setengah tahun.
Rudal tersebut ditembakkan ke sudut tinggi dari daerah dekat Pyongyang pada Kamis (31/10/2024) pagi, terbang sejauh 1.000 kilometer (620 mil) ke perairan di lepas pantai timur, kata Kepala Staf Gabungan Korsel.
Korut mengatakan rudal itu mencapai ketinggian 7.687,5 kilometer setelah terbang selama sekitar 86 menit, penerbangan terpanjang yang pernah tercatat untuk rudal yang ditembakkan oleh Korut.
Rudal itu tampaknya dikembangkan untuk membawa banyak hulu ledak, kata Kim Dong-yub, profesor di Universitas Kajian Korut yang berbasis di Seoul, mengutip desain ujung rudal yang berbentuk bulat.
"Apakah hulu ledak itu benar-benar dapat mengenai target yang dituju adalah pertanyaan yang berbeda. Namun, setidaknya mereka mengatakan bahwa mereka telah mengamankan sistem pengiriman untuk itu,” kata profesor Kim.
Korsel sebelumnya mengatakan peluncuran tersebut mungkin telah memamerkan ICBM berbahan bakar padat yang baru.
Rudal semacam itu memiliki propelan yang dimasukkan ke dalam roket yang memungkinkannya diluncurkan dan ditembakkan dalam hitungan menit, sehingga AS memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan pencegatan. Tantangannya menjadi lebih besar jika rudal tersebut membawa lebih dari satu hulu ledak.
Namun, masih belum jelas apakah ICBM Korut dapat menghindari sistem antirudal yang dikerahkan di AS. Juga tidak diketahui apakah hulu ledak tersebut dapat bertahan saat masuk kembali ke atmosfer.
AS dan sekutunya telah berusaha untuk mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim Jung Un agar tidak mengerahkan tentara Korut ke garis depan perang di Ukraina.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Kamis dalam konferensi pers bersama dengan rekan-rekan mereka yang sedang berkunjung ke Korsel, sekitar 8.000 tentara Korut telah dikerahkan ke wilayah Kursk Rusia, tempat mereka diperkirakan akan terlibat dalam yang disebut Blinken sebagai "operasi garis depan" dalam waktu dekat.
(bbn)