Pada Jumat, S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur di Indonesia berada di level 49,2 pada Oktober. Sama persis, tidak berubah dibandingkan September sebelumnya.
Daya beli konsumen, lanjut laporan S&P Global, dilaporkan menurun oleh dunia usaha, Ini terjadi baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Pasar ekspor sendiri menurun, dan menjadi koreksi selama 8 bulan beruntun.
Pagi ini, para pelaku pasar juga mencermati rilis data inflasi Oktober yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik.
Rantai deflasi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut terputus pada Oktober. Indonesia mencatat inflasi ‘lagi’ pada bulan lalu sebesar 0,08%, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan sebesar 0,03%.
Secara tahunan inflasi Oktober tercatat 1,71%, juga lebih tinggi dibandingkan prediksi ekonom yang memperkirakan sebesar 1,66%.
Sebelumnya, ekonomi Indonesia sudah mengalami deflasi beruntun, sepanjang Mei hingga September. Dengan adanya inflasi pada Oktober, tidak ada deflasi selama 6 bulan beruntun.
Tercatat saham-saham unggulan Big Caps juga mengalami penurunan dengan nilai cukup besar pada perdagangan hari ini hingga menyeret IHSG terjatuh makin dalam.
- Saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) melemah 6,10% ke Rp4.930/saham
- Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) melemah 3,73% ke Rp645/saham
- Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) melemah 3,61% ke Rp3.200/saham
- Saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Corp Tbk (INKP) melemah 3,10% ke Rp7.825/saham
- Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) melemah 2,96% ke Rp7.375/saham
- Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 1,49% ke Rp6.600/saham
(fad)