AS & Korsel Latihan Udara Gabungan usai Korut Tembakkan Rudal
News
01 November 2024 10:50
Sam Kim dan Soo-Hyang Choi - Bloomberg News
Bloomberg, AS dan Korea Selatan (Korsel) menggelar latihan udara gabungan sebagai unjuk kekuatan setelah Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang terbang lebih lama dari rudal mana pun yang pernah diuji oleh rezim Kim Jong Un. Langkah ini menambah ketegangan di tengah pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia.
Beberapa jam setelah peluncuran rudal Korea Utara, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan latihan udara gabungan dengan AS, yang melibatkan sekitar 110 pesawat militer, termasuk jet tempur F-35B dan pesawat nirawak MQ-9. AS juga mengecam peluncuran tersebut karena dianggap meningkatkan ketegangan secara tidak perlu, tetapi menyatakan bahwa peluncuran itu tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel Amerika, wilayah, atau sekutunya.
"Kami tidak melihat indikasi apa pun saat ini bahwa ada keterlibatan Rusia dalam peluncuran rudal Korea Utara," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Kamis (31/10/2024) di Washington. Ia menambahkan bahwa AS dan sekutunya akan terus menganalisis peluncuran tersebut dan menyerukan Korea Utara "untuk berhenti dan tidak melanjutkan." Rudal tersebut ditembakkan dari sudut tinggi dari daerah dekat ibu kota Pyongyang pada Kamis pagi, terbang sekitar 1.000 kilometer ke perairan di lepas pantai timurnya. Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, rudal itu berada di udara selama sekitar 86 menit, menjadi penerbangan terlama yang tercatat untuk rudal Korea Utara, kata Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani kepada wartawan.
Peluncuran ICBM pertama Korea Utara tahun ini terjadi tidak lama setelah negara itu mulai mengirim tentara untuk membantu Rusia dalam perangnya di Ukraina. Hal ini memicu peringatan dari pejabat AS dan Korea Selatan tentang potensi eskalasi dalam konflik yang sudah berlangsung selama dua setengah tahun tersebut. Media pemerintah Korea Utara mengonfirmasi peluncuran tersebut, menyebutnya sebagai pengingat akan ancaman negara itu terhadap daratan AS, dan menyatakan bahwa mereka akan terus memperkuat pasukannya.