Biaya dan beban ini mencakup beban pokok pendapatan senilai Rp1,35 triliun, beban umum dan administrasi Rp2,29 triliun, beban penjualan dan pemasaran Rp1,62 triliun, beban pengembangan produk Rp932 miliar, beban penyusutan dan amortisasi Rp706,14 miliar, dan beban operasional dan pendukung sebesar Rp463,6 miliar.
Mengutip dari keterangan resmi, GOTO berhasil membukukan nilai transaksi atau gross transaction value (GTV) senilai Rp149 triliun, meningkat 6% dibandingkan dengan periode yang sama setahun yang lalu sebesar Rp140 triliun.
Adapun dari sisi EBITDA yang disesuaikan, GOTO berhasil mencatatkan pertumbhan sebesar 67% dibandingkan dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,6 triliun.
Hingga kuartal I-2023 jumlah aset GOTO justru menurun dari sebelumnya per Desember 2022 sebesar Rp 139,2 triliun menjadi Rp 135,9 triliun. Penurunan juga terjadi pada liabilitas GOTO menjadi Rp15,6 triliun di akhir Maret 2023, dari Rp16,4 triliun di akhir Desember 2022. Sementara itu, jumlah ekuitas GOTO mencapai Rp120,3 triliun di akhir Maret 2023, dari Rp122,7 triliun di akhir 2022.
Direktur Keuangan Grup GoTo , Jacky Lo menerangkan straregi jangka panjang GOTO dengan menjaga kedisiplian dalam pengolahan beban yang dapat mengurangi biaya operasional serta tingkat cash burn.
“Fokus perseroan pada monetisasi mendorong peningkatan take rate Grup secara keseluruhan sebesar 29 bps dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," ungkapnya dalam keterangan resmi GoTo , Kamis (27/4/2023).
(yun/dba)