Dengan demikian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah berada di zona kontraksi itu sejak Juli dan belum mampu bangkit.
“Produksi, pemesanan baru (new orders), dan perekrutan tenaga kerja melemah tipis seiring dengan pasar yang melemah. Keyakinan terhadap prospek ke depan, walau secara umum masih positif, tetapi turun ke level terendah dalam 4 bulan,” terang laporan S&P Global.
Daya beli konsumen, lanjut laporan S&P Global, dilaporkan menurun oleh dunia usaha, Ini terjadi baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Pasar ekspor sendiri menurun, dan menjadi koreksi selama 8 bulan beruntun.
Hari ini, para pelaku pasar juga akan mencermati rilis data inflasi Oktober yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik.
Hasil konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan inflasi Oktober akan sebesar 0,03% month-on-month/ mtm, menutup periode lima bulan deflasi beruntun.
Inflasi tahunan Oktober diperkirakan sebesar 1,66% jauh melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,84% dan semakin jauh di bawah batas tengah target Bank Indonesia.
Sentimen dari Global
Dari global, seperti yang diwartakan Bloomberg News, Indikator inflasi utama Amerika Serikat (AS) yang dicermati The Fed membukukan kenaikan bulanan terbesar sejak April, memperkuat argumen untuk masa pemotongan suku bunga yang lebih lambat setelah pemangkasan besar-besaran bulan lalu.
Inflasi PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi yang mudah berubah, meningkat 0,3% pada September, dan ada kenaikan 2,7% dari tahun sebelumnya, menurut data Biro Analisis Ekonomi yang terbit Kamis.
Inflasi secara keseluruhan sebesar 2,1%, terendah sejak awal 2021 dan sedikit di atas target Bank Sentral sebesar 2%.
Belanja konsumen yang disesuaikan dengan inflasi meningkat 0,4%, didukung oleh kenaikan pendapatan riil sebesar 0,1%.
Angka-angka hari ini menutup satu bulan penuh kejutan positif dalam laporan ekonomi utama yang kemungkinan akan mendorong pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pemotongan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
The Fed secara luas diperkirakan akan ‘Tetap’ mengesahkan pemangkasan kedua pada pertemuan kebijakan di 6-7 November.
“Dengan perhatian The Fed yang kini lebih fokus pada aspek ketenagakerjaan dari mandat gandanya, kami yakin bahwa stabilnya inflasi inti tahunan tidak akan menghalangi langkah The Fed menurunkan suku bunga,” tulis Ekonom Bloomberg, Stuart Paul dan Estelle Ou, dalam sebuah catatan.
Yang juga jadi perhatian penting, nanti malam, laporan bulanan ketenagakerjaan AS akan terbit di mana menggambarkan tingkat pengangguran yang stabil meskipun dampak dari badai dan pemogokan sementara menghambat perekrutan.
Survei Bloomberg terhadap para ahli memperkirakan bahwa Ekonomi AS menambah 105.000 lapangan kerja pada Oktober jauh lebih rendah dibandingkan dengan 254.000 pada September sebelumnya. Rentang prediksi cukup luas, dengan angka berkisar dari penurunan 10.000 hingga peningkatan 180.000 pekerjaan.
Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) akan merilis data ini pada Jumat malam setempat, dan tingkat pengangguran diperkirakan tetap tidak berubah di 4,1%.
Ulasan Analis
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, investor juga mempertimbangkan data Produk Domestik Bruto AS Kuartal ketiga, yang menunjukkan bahwa Ekonomi tumbuh 2,8% lebih rendah dari perkiraan konsensus sebesar 3,1%.
“Wall Street terkoreksi dengan pasar memperhatikan rilis laporan keuangan Kuartal III-2024 terutama dari perusahaan-perusahaan teknologi berkapitalisasi besar,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan kembali melemah, uji support area 7.500-7.550 di Jumat menyusul pelemahan signifikan mayoritas indeks global pada perdagangan Kamis.
“Meski demikian, pelemahan kemungkinan memasuki bottom area pada kisaran support tersebut,” mengutip riset Phintraco.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi PTBA, PGAS, MBMA, CPIN dan SCMA.
Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas memaparkan, belum ada perubahan signifikan pada pergerakan IHSG, posisi IHSG masih berada di bawah MA-60.
“Masih ada potensi potensi penurunan lanjutan ke area support 7.450 jika harga tidak berhasil menembus resisten MA-20 di 7.625,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada Jumat (1/11/2024).
Bersamaan dengan risetnya, BRI Danareksa memberikan rekomendasi saham hari ini, SCMA, dan UNTR.
(fad)