Logo Bloomberg Technoz

“Kami memproyeksikan bahwa konsumsi LPG di Asia Tenggara akan tumbuh pada tingkat rata-rata 2% per tahun antara 2023 dan 2033,” papar tim peneliti BMI, dikutip Kamis (31/10/2024).

Gas LPG 3 kg. (Dok. Pertamina)

Subsidi di Indonesia

Menurut BMI, subsidi energi yang berlaku di Indonesia, Thailand, dan Malaysia dapat terus mendukung konsumsi LPG di sektor perumahan dan komersial. Permintaan LPG Indonesia bahkan diperkirakan tumbuh hampir sama dengan Jepang dan Korea Selatan dalam hal volume.

Meskipun persaingan konsumsi gas alam dan listrik makin ketat, fundamental sisi permintaan di pasar LPG regional tetap kuat. Konsumsi LPG agregat Asia Tenggara diperkirakan mencapai 740.000 bph pada 2023.

Konsumsi LPG di Asean terus tumbuh secara konsisten, dengan pertumbuhan permintaan yang meningkat terutama berasal dari sektor perumahan dan komersial, yang didukung oleh pesatnya urbanisasi.

Sektor penopang permintaan LPG di Asean./dok. BMI

Analisis permintaan sektoral menunjukkan bahwa penggunaan LPG di sektor perumahan, komersial, dan publik menyumbang 71% dari total konsumsi LPG di Asia Tenggara pada 2023, diikuti oleh penggunaan nonenergi (17%) dan manufaktur (6%).

Namun, konsumsi LPG di sektor perumahan menghadapi persaingan yang makin ketat dari gas alam karena pemerintah melakukan perluasan jaringan gas domestik, khususnya di Indonesia dan Singapura.

Bikin Jargas

Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menugaskan PT Pertamina dan PT PGN untuk melaksanakan program pengembangan jaringan gas (jargas), yang bertujuan untuk menghubungkan 4 juta rumah tangga ke jaringan gas pada 2025.

Akibatnya, permintaan LPG dari sektor perumahan dan komersial di Indonesia melambat, dengan pangsa pasarnya stabil di sekitar 96% dari total permintaan antara 2021 dan 2023.

Di Singapura, pemasok gas kota makin banyak menggunakan gas alam sebagai pengganti LPG untuk rumah tangga dan perusahaan industri, sehingga melemahkan potensi permintaan LPG.

Meskipun demikian, pertumbuhan permintaan LPG yang meningkat di Filipina dan Vietnam dapat mengimbangi perlambatan permintaan LPG di Indonesia dan Singapura.

Permintaan LPG dari sektor transportasi, yang mencakup 3% dari total konsumsi di kawasan, terus menurun sejalan dengan makin menurunnya popularitas kendaraan bertenaga LPG.

Adopsi kendaraan listrik (EV) di samping biaya yang lebih tinggi juga makin melemahkan penggunaan LPG di sektor transportasi. Sebagian besar permintaan LPG dari industri petrokimia terpusat di Thailand dan Vietnam, di mana LPG digunakan sebagai bahan baku untuk produksi kimia.

Meskipun Vietnam masih menawarkan risiko kenaikan permintaan LPG dari industri petrokimia, terdapat prospek terbatas untuk pertumbuhan permintaan LPG di sektor petrokimia Thailand karena kurangnya rencana penambahan kapasitas.

Suplai dan permintaan LPG di Asean./dok. BMI

Produksi LPG RI

BMI memproyeksikan produksi LPG Asia Tenggara akan tumbuh dengan latar belakang proyek perluasan kapasitas penyulingan, pemrosesan gas, dan LNG greenfield.

LPG sebagian besar diproduksi di Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, tempat pabrik pemrosesan gas alam (GPP), fasilitas LNG, dan kilang berada.

Total produksi LPG Asean pada 2023 diperkirakan mencapai 689.000 bph, dengan lebih dari 32% diproduksi di Indonesia dan 23% di Thailand.

Pabrik pemrosesan gas alam dan LNG merupakan sumber utama pasokan LPG di Indonesia. Negara ini telah mengalami penurunan produksi LPG dari GPP, terutama karena berkurangnya produksi LNG dari proyek LNG Bontang.

Namun, investasi yang direncanakan dalam ekstraksi LPG dan pabrik LNG menghadirkan risiko kenaikan potensial terhadap produksi LPG dari GPP. Dimulainya proyek LNG Tangguh Fase 3 dapat menyediakan pasokan LPG tambahan, dan pertumbuhan produksi LPG pada masa mendatang sebagian besar akan bergantung pada pengembangan pabrik pemrosesan gas alam dan LNG.

Indonesia dapat melihat pertumbuhan produksi LPG yang substansial pada awal 2030-an jika proyek Abadi LNG alias Blok Maseal 9,5 juta ton per tahun (mtpa) terwujud.

Produksi LPG Indonesia dari industri penyulingan sebagian besar tetap stagnan hingga 2023, tetapi penyelesaian proyek perluasan kilang Balikpapan dapat menghasilkan tambahan 10.000 bph LPG.

Di Thailand, produksi LPG dari GPP diperkirakan akan meningkat sejalan dengan rencana perluasan kapasitas pemrosesan gas oleh PTT Global Chemical.

Dimulainya pabrik ZLNG 2,0 mtpa di Sabah pada 2027 juga meningkatkan prospek produksi LPG Malaysia. Thailand, Vietnam, dan Brunei merupakan sumber potensial pertumbuhan pasokan dengan latar belakang pengembangan gas alam dan rencana perluasan kapasitas penyulingan.

Namun, kontribusi dari industri penyulingan akan tetap terbatas dibandingkan dengan produksi dari industri pemrosesan gas.

Ketergantungan Impor

Di lain sisi, ketergantungan Asia Tenggara pada impor LPG diperkirakan makin dalam meskipun ada potensi pertumbuhan pasokan regional. 

“Kami memproyeksikan defisit LPG di Asia Tenggara akan terus meningkat dari 51.000 barel per hari pada 2023 menjadi 120.000 barel per hari pada 2033, dengan pertumbuhan yang lebih kuat didorong oleh meningkatnya kebutuhan impor dari Indonesia, Filipina, dan Vietnam,” papar BMI.

Indonesia sendiri berupaya mengurangi ketergantungannya pada LPG, tetapi hal ini akan menjadi tugas yang berat kecuali pemerintah menghapus subsidi dan mempercepat perluasan jaringan dan infrastruktur pasokan gas alam.

Kecuali Malaysia dan Singapura, semua negara lain akan tetap menjadi pengimpor bersih LPG selama periode perkiraan 10 tahun. Meskipun sebagian besar impor LPG berasal dari Timur Tengah, perdagangan intra dan antarwilayah cukup signifikan mengingat keberadaan produsen seperti Malaysia, Indonesia, dan Australia.

Meskipun perdagangan LPG AS-Asia Tenggara meningkat didorong oleh meningkatnya impor dari Indonesia, Singapura, dan Vietnam, pasar LPG Asia Tenggara masih memberikan peluang bagi produsen di Timur Tengah dan Afrika. 

Namun, potensi peningkatan produksi LPG Australia dapat melemahkan impor LPG Asia Tenggara dari AS dan Timur Tengah.

(red/wdh)

No more pages