Sementara level support ada di Rp15.750/US$ dan support psikologis di Rp15.800/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp15.820/US$ dalam jangka menengah menuju MA-200.
Stabilnya rupiah di awal transaksi berlangsung ketika IHSG dibuka menguat 0,42%. Sedangkan di pasar surat utang, terlihat pergerakan yield bervariasi.
Tadi malam, data ekonomi AS kuartal III diumumkan tumbuh 2,8%, di bawah perkiraan pasar. Meski masih kuat, di bawah permukaan menunjukkan belanja konsumen yang menjadi motor utama pertumbuhan AS, mulai lesu, menurut analisis ekonom Bloomberg Economics.
Itu karena belanja kini terbatas didukung oleh rumah tangga kelas atas ketika kelas pendapatan lebih rendah menjadi lebih sensitif harga. Bloomberg Economics menilai, data itu masih akan mendukung skenario penurunan bunga acuan Federal Reserve di sisa tahun ini.
Dalam laporan terpisah, ADP Research Institute menunjukkan rekrutmen tenaga kerja tumbuh kuat di sektor swasta pada Oktober, jauh melampaui ekspektasi pasar sebanyak 233.000 pekerjaan baru dari prediksi 111.000. Angka itu juga melesat dibanding September sebesar 143.000 pekerjaan.
Pasca data-data tersebut dirilis, yield Treasury naik. Dolar AS juga naik. Namun, indeks dolar AS akhirnya ditutup melemah pada penutupan bursa di New York dini hari tadi, ke 103,99. Pagi ini, indeks dolar AS kembali bergerak sedikit naik ke kisaran 104,21.
Asing perpanjang net buy
Para investor asing memperpanjang periode pembelian (net buy) di Surat Berharga Negara (SBN) dalam enam bulan beruntun sejak Mei, menjadikannya rekor terpanjang sejak 2017 silam.
Data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg, memperlihatkan, setelah membukukan net sell pada April senilai Rp17,29 triliun, pemodal asing mencatat kenaikan belanja di SBN berturut-turut hingga Oktober ini.
Pada Mei misalnya, asing memborong Rp19,49 triliun SBN. Lalu pada Juni, nilainya turun akan tetapi masih positif di mana nilai net buy SBN hanya Rp1,93 triliun. Naik lagi pada Juli sebesar Rp4,96 triliun.
Pada Agustus, angka pembelian asing di SBN melesat tajam mencapai Rp38,7 triliun, terbesar sejak Januari 2023, terutama didukung oleh sentimen penurunan bunga acuan global ditambah kepastian postur fiskal APBN 2025.
Lalu pada September, angka pembelian asing di SBN mencapai Rp20,36 triliun. Pada Oktober ini, meski beberapa waktu lalu, asing banyak melepas SBN, secara keseluruhan posisi nonresiden masih net buy di surat utang RI. Sampai pekan yang berakhir 25 Oktober, asing masih mencatat net buy senilai Rp17,51 triliun.
(rui)