Emas menjadi salah satu aset paling berkilau tahun ini. Sepanjang 2024, harga sang logam mulia sudah naik 35,15%.
Rilis data di Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen positif bagi harga emas. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis mengumumkan ekonomi Negeri Adidaya tumbuh 2,8% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized) pada kuartal III-2024.
Pencapaian itu lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 3%. Juga lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3%.
Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam mengalami perlambatan. Masih tumbuh, tetapi lajunya tidak sekuat sebelumnya.
Jadi untuk menjaga performa ekonomi, bank sentral Federal Reserve tentu tidak bisa berpangku tangan. Perlu stimulus moneter agar ekonomi tidak melambat lebih jauh, apalagi sampai menuju resesi.
Salah satu yang ditunggu oleh pasar adalah penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-4,75% pada rapat November mencapai 95,5%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)