Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam mengalami perlambatan. Masih tumbuh, tetapi lajunya tidak sekuat sebelumnya.
Jadi untuk menjaga performa ekonomi, bank sentral Federal Reserve tentu tidak bisa berpangku tangan. Perlu stimulus moneter agar ekonomi tidak melambat lebih jauh, apalagi sampai menuju resesi.
Salah satu yang ditunggu oleh pasar adalah penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, peluang pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-4,75% pada rapat November mencapai 95,5%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas nyaman di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 74,11.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun RSI di atas 70 juga merupakan sinyal sudah jenuh beli (overbought).
Sinyal overbought makin terasa dengan indikator Stochastic RSI yang sebesar 89,11. Sudah di atas 80, rasanya memang sudah overbought.
Oleh karena itu, sepertinya koreksi akan membayangi harga emas. Maklum, kenaikannya memang sudah begitu tinggi.
Cermati pivot point di US$ 2.763/ton. Dari situ, harga emas mungkin akan menguji support terdekat di US$ 2.758/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 2,739/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.793/troy ons, Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga emas naik lagi menuju US$ 2.823/troy ons.
(aji)