Logo Bloomberg Technoz

Esha Dey- Bloomberg News 

Bloomberg - Aksi jual saham Tesla Inc. masih terus berlanjut yang membuat valuasi perusahaan yang didirikan Elon Musk ini sudah turun di bawah US$500 triliun atau setara Rp 7.300.000 triliun (asumsi Rp 14.600/US$). Aksi ini terjadi karena investor khawatir kebijakan pemotongan harga mobil listrik akan menggerogoti margin keuntungan perusahaan.

Pada penutupan perdagangan saham AS Rabu (26/4/2023), harga saham Tesla turun 4,3% menjadi US$153,75 per saham, terendah sejak 25 Januari. Perusahaan ini telah kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari US$84 miliar selama lima sesi perdagangan sejak membukukan laba yang mengecewakan. Saham turun lebih dari 26% pada bulan April saja.

Kinerja keuangan Tesla kuartal I-2023 meleset dari ekspektasi analis. Hal yang paling signifikan adalah margin keuntungan yang anjlok yang menunjukkan strategi pemotongan harga agresif perusahaan tidak efektif. Para investor pun kebingungan ketika Elon Musk mengindikasikan akan terus menurunkan harga untuk membujuk calon pembeli.

Kendaraan listrik (EV) Tesla Inc. Model X dipamerkan selama Seoul Mobility Show di Goyang, Korea Selatan. (SeongJoon Cho/Bloomberg)

"Meskipun ada pemotongan harga yang signifikan, permintaan masih tampak menantang untuk Tesla dan elastisitas harga tampaknya kurang memadai daripada yang diyakini Tesla," tulis analis Bernstein Toni Sacconaghi. Ia menambahkan bahwa pemotongan harga telah dan akan merusak profitabilitas industri kendaraan listrik (termasuk Tesla).

Hasil ini telah memicu serangkaian penurunan target harga saham  Tesla oleh analis Wall Street, yang menunjukkan adanya premi risiko Tesla di tengah penurunan tajam dalam margin keuntungan.

Para investor optimistis sering menjadikan margin Tesla yang besar dan kuat sebagai salah satu alasan kenapa saham tersebut layak untuk diperdagangkan dengan harga yang lebih tinggi ketimbang persaingnya di industri produsen mobil.

Tesla (Sumber: Bloomberg)

Saham Tesla telah melakukan perjalanan yang cukup baik tahun ini. Setelah mengakhiri tahun 2022 dengan penurunan tajam sebesar 65% yang mendorong valuasinya menjadi sekitar US$340 miliar pada awal Januari, saham tersebut naik dengan cepat selama dua bulan dan kapitalisasi pasar perusahaan membengkak menjadi lebih dari US$670 miliar.

Tapi optimisme itu memudar pada awal April setelah laporan kinerja kuartal pertama menunjukkan penurunan harga tidak meningkatkan permintaan sebanyak yang diharapkan. Kemudian, hasil lengkap yang dilaporkan minggu lalu memperjelas poinnya.

(bbn)

No more pages