Pada saat yang sama, tingkat kepercayaan konsumen AS pada Oktober naik ke level tertinggi sejak Maret 2021, terungkit optimisme memandang perekonomian secara umum di negeri adidaya tersebut.
Data JOLTS Opening mungkin akan menempatkan Federal Reserve (The Fed) tetap dalam jalur penurunan bunga acuan seperti ekspektasi pasar. Di sisi lain, optimisme konsumen yang membaik, menunjukkan ekonomi AS masih tangguh.
Obligasi RI jadi incaran
Para pemodal global berbondong-bondong menaikkan penempatan investasi pada surat utang negara-negara Asia di luar China, di tengah meningkatnya kegelisahan jelang gelar Pemilihan Presiden AS
Surat utang negara terbitan pemerintah Indonesia, India dan Korea Selatan, menjadi incaran utama para pemodal global yang mencari aset dengan imbal hasil cukup tinggi.
Beberapa pengelola dana global kelas kakap seperti Allianz Global Investors, Franklin Templeton juga Gama Asset Management, menempatkan aset-aset fixed income di negara-negara Asia di luar Tiongkok, sebagai incaran utama saat ini.
Prospek penurunan bunga acuan ke depan di negara-negara tersebut telah meningkatkan permintaan. Selain itu, bilamana ada gejolak pasar menyusul Pilpres AS, surat utang dari Asia dinilai menjadi tempat parkir dana yang cukup aman alias 'safe haven'.
"Dalam beberapa pekan ke depan, akan ada banyak kebisingan. Jika Anda melihat ke luar AS, ke Asia, mana tempat berlindung yang aman? Yang mudah terlintas dalam pikiran adalah obligasi Indonesia," kata Christy Tan, Investment Strategist di Franklin Templeton, fund manager dengan dana kelolaan lebih dari US$ 1,6 triliun sampai akhir September lalu, dilansir dari Bloomberg News.
Pada penutupan pasar sore ini, mayoritas tenor SBN mencatat penurunan imbal hasil meski tidak banyak. Yield 4Y turun 4,7 bps ke 6,70%, sedangkan tenor 5Y turun sedikit 0,2 bps.
Tenor pendek 2Y sedikit berubah jadi 6,41%. Sedangkan tenor 10Y turun 1,2 bps jadi 6,82%.
(rui)