Tony Capaccio - Bloomberg News
Bloomberg, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Taiwan telah menandatangani perjanjian resmi dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membeli sebanyak 1.000 pesawat nirawak (drone) serang dari AeroVironment Inc dan Anduril Industries Inc.
Pembelian tersebut dimaksud untuk membantu meredam potensi serangan China terhadap negara demokrasi tersebut, menurut orang-orang di industri yang mengetahui transaksi tersebut.
Taiwan menandatangani "surat penawaran dan penerimaan" pada akhir September, langkah sebelum menandatangani kontrak yang menentukan jumlah, nilai dolar, dan tanggal pengiriman. Kontrak tersebut dapat segera ditandatangani, menurut orang-orang tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena membahas informasi yang belum resmi diumumkan.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar tentang penjualan drone ke Taiwan yang tertunda tersebut.
Drone serang telah berkembang menjadi komponen utama peperangan modern. Pasukan Rusia dan Ukraina telah mengerahkan ribuan pesawat nirawak untuk saling memata-matai dan melakukan serangan dalam peperangan mereka yang terus berlanjut. Sementara kendaraan udara tak berawak digunakan dalam serangan Iran terhadap Israel pada April.
Transaksi tersebut menunjukkan "bahwa Taiwan dan AS sama-sama mempelajari pelajaran penting dari pertempuran di Ukraina, dan mengubah pengetahuan itu menjadi pengadaan di masa mendatang," kata pensiunan Laksamana Muda Mark Montgomery, direktur senior di Foundation for Defense of Democracies yang telah melakukan perjalanan ke Taiwan untuk menilai kebutuhan pertahanannya.
Pada Juni, Departemen Luar Negeri AS memberi tahu Kongres bahwa mereka menyetujui penjualan sebanyak 291 sistem Anduril ALTIUS 600M-V senilai US$300 juta dan sebanyak 720 pesawat nirawak AeroVironment Switchblade 300 model "B" senilai US$60 juta.
Menurut Anduril, ALTIUS 600M-V adalah pesawat multimisi yang memungkinkan satu operator untuk mengendalikan beberapa pesawat nirawak. Pesawat ini memiliki jangkauan sekitar 100 mil (160 kilometer) dan waktu penerbangan hampir dua jam.
Model AeroVironment seberat empat pon ini dapat mengitari target selama 20 menit dan dilengkapi dengan hulu ledak anti-lapis baja khusus. Rudal ini memiliki jangkauan sekitar 19 mil (30 kilometer).
Perwakilan di kantor Taiwan di Washington menolak berkomentar, begitu pula dengan Dewan Bisnis AS-Taiwan.
Sebelumnya, China melayangkan keluhan diplomatik kepada AS dan menyatakan haknya untuk mengambil tindakan balasan menyusul penjualan senjata terbaru AS ke Taiwan, yang memperburuk ketegangan terkait sengketa wilayah kepulauan tersebut.
"China akan merespons dengan tegas dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan, dan integritas teritorial," ungkap Kementerian Luar Negeri Beijing dalam pernyataan resmi pada Sabtu malam, setelah AS menyetujui penjualan militer senilai sekitar US$2 miliar (setara Rp31 triliun) kepada Taiwan.
"China mendesak AS untuk segera menghentikan persenjataan Taiwan dan menghentikan tindakan berbahaya yang merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," tambah pernyataan tersebut.
(bbn)