Logo Bloomberg Technoz

Penguatan rupiah belakangan ini mungkin akan mendapatkan jegalan pada bulan depan ketika tren permintaan dolar AS di pasar mencapai puncak.

“Ujian sebenarnya bagi kekuatan nilai tukar rupiah akan datang pada Mei saat permintaan terhadap dolar AS akan naik tajam dari impor, pembayaran dividen dan pembayaran utang dolar AS,” kata Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam catatan analisis beberapa waktu lalu. 

Pada Mei diperkirakan ada sekitar US$4,5 miliar utang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo. Angka itu setara dengan Rp66,47 triliun (asumsi kurs Rp 14.771/US$). 

Adapun kebutuhan dividen dari 12 perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan mencapai Rp140 triliun di 2023. Angka ini naik 20% dari tahun lalu sebesar Rp121,8 triliun.

Pada saat yang sama, kebutuhan impor minyak dan gas oleh PT Pertamina (Persero) dan pembelian valasnya sekitar US$2,5 miliar - US$3 miliar sebulan.

Mei akan menjadi pertaruhan apakah keperkasaan nilai tukar rupiah bisa bertahan di tengah gempuran kenaikan permintaan dolar AS tersebut. Kenaikan permintaan atas the greenback akan menekan rupiah dan bisa menggeser posisi nilai tukar ke level lebih rendah dari saat ini. 

Sepanjang 2023, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.158 per dolar AS. Artinya, saat ini nilai rupiah sudah menguat 1,3% dari pergerakan rata-rata sepanjang tahun. Khusus hari ini hingga pukul 13:38 WIB, rupiah bergerak di kisaran Rp14.758 dengan titik terkuat pada Rp14.698/US$.

(rui/wep)

No more pages